Pelajaran Gempa Bawean, Penelitian Sesar Aktif Masih Kurang
Hide Ads

Pelajaran Gempa Bawean, Penelitian Sesar Aktif Masih Kurang

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Senin, 25 Mar 2024 08:14 WIB
Warga membersihkan puing-puing bangunan rumah yang rusak akibat gempa di Desa Suwari, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Minggu (24/3/2024). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik mencatat sebanyak 4.085 rumah, 138 rumah ibadah, 68 sekolah, dan 12 perkantoran di Kecamatan Sangkapura dan Tambak mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Spt.
Kerusakan akibat gempa Bawean (Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi)
Jakarta -

Gempa Bawean terjadi karena adanya sesar aktif. Begitu banyak sesar aktif di Indonesia, tapi penelitiannya masih sedikit.

"Ini yang harus diketahui bersama. Sesar aktif banyak tapi penelitian sedikit dan tidak memadai sebelumnya," kata pakar gempa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Danny Hilman Natawidjaja kepada detikINET, Minggu (24/3/2024).

Menurut dia, peta gempa bumi 2017 belum menyelesaikan sesar aktif di Indonesia. Masih banyak yang belum diketahui dan yang diketahui pun belum dipahami sifatnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Walaupun belum terpetakan, tapi seismitasnya terukur. Ada banyak data seismitas tapi kita nggak tahu sesarnya dimana. Jadi kita sudah sedikit banyaknya sudah diakomodasi, yang khusus belum semua. Kalau kerusakan kan yang paling dekat sama lokasi," paparnya.

Danny mengatakan proses penelitian sesar aktif harus digenjot lagi sebagai upaya tanggap bencana. Dia berharap pemerintah pun mendukung untuk penelitian terutama soal anggarannya. Banyak sesar yang dulu belum terpetakan, akhirnya bisa terpetakan seperti gempa Cianjur, Flores, Pasaman dan Pidie.

ADVERTISEMENT

"Kita sekarang teruskan penelitian, semoga pemerintah juga mendukung kita untuk penelitian," pungkasnya.




(fay/fyk)