Sebuah situs arkeologi di timur laut Spanyol memiliki salah satu kuburan Muslim tertua di negara tersebut dengan ditemukannya 433 kuburan. Beberapa di antaranya berasal dari masa 100 tahun pertama penaklukan Islam di Semenanjung Iberia.
Temuan ini menegaskan bahwa wilayah tersebut, yang berada di sepanjang perbatasan antara dunia Islam dan Kristen yang bertikai pada awal Abad Pertengahan yang penuh gejolak, pernah didominasi oleh penguasa Muslim, yang kemudian digantikan oleh penguasa Kristen dan sejarah mereka terlupakan.
Para arkeolog menggali kuburan kuno dari maqbara atau pekuburan Muslim, yang berasal dari abad kedelapan dan ke-12, pada musim panas tahun 2020 di kota Tauste, Lembah Ebro yang berjarak sekitar 40 kilometer barat laut Zaragoza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisa-sisa temuan menunjukkan bahwa orang meninggal pada masa itu dikuburkan sesuai dengan ritual pemakaman Muslim. Hasil penggalian juga menunjukkan bahwa kota tersebut sebagian besar dihuni penduduk beragama Islam selama ratusan tahun, meskipun fase ini tidak disebutkan dalam sejarah setempat.
"Jumlah orang yang terkubur di pekuburan dan waktu yang ditempati menunjukkan bahwa Tauste adalah kota penting di Lembah Ebro pada zaman Islam," kata arkeolog utama Eva GimΓ©nez dari perusahaan yang berkecimpung dalam bidang warisan dan penggalian arkeologi PaleoymΓ‘s, dikutip dari Live Science.
GimΓ©nez dan PaleoymΓ‘s dikontrak untuk melakukan penggalian oleh El Patiaz Cultural Association, yang didirikan oleh masyarakat setempat pada tahun 1999 untuk menyelidiki sejarah kota tersebut.
Penggalian awal mereka pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pekuburan Islam seluas 2 hektar di Tauste mungkin menampung sisa-sisa jasad hingga 4.500 orang. Namun keterbatasan dana yang dimiliki asosiasi menyebabkan hanya 46 kuburan yang dapat digali dalam empat tahun pertama pengerjaannya.
GimΓ©nez mengatakan, penemuan terbaru ini memberi petunjuk bahwa masih banyak lagi kuburan Muslim yang bisa ditemukan. "Kami sekarang memiliki informasi yang menunjukkan bahwa ukuran pekuburan tersebut lebih besar dari apa yang diketahui," katanya.
Penaklukan Muslim
Kuburan tersebut berasal dari masa ketika tentara Muslim dari Afrika Utara yang bersekutu dengan kekhalifahan Umayyah Islam di Damaskus menyerbu wilayah yang sekarang disebut Spanyol pada tahun 711 M.
Pada tahun 718, mereka telah menaklukkan sebagian besar Semenanjung Iberia (sekarang Spanyol dan Portugal) kecuali beberapa daerah pegunungan di barat laut yang masih merupakan kerajaan Kristen yang merdeka.
Para tentara Islam yang disebut Moor oleh orang-orang Kristen, kemudian berusaha menaklukkan Gaul (sekarang Prancis), namun berhasil dikalahkan. Pertama, mereka dikalahkan pada Pertempuran Toulouse tahun 721, kemudian pada Pertempuran Tours pada tahun 732, ketika mereka dikalahkan oleh pasukan musuh, Pasukan Franka yang lebih kecil yang dipimpin oleh bangsawan Charles Martel.
Disebutkan bahwa penggunaan kavaleri berat oleh kaum Frank memainkan peran yang menentukan dalam pertempuran tersebut. Setelah itu, para pemimpin Muslim mendirikan pemerintahan mereka di selatan Barcelona dan Pyrenees, pegunungan yang memisahkan Spanyol dan Prancis. Namun Lembah Ebro di sekitar Zaragoza tetap berada di tangan Muslim.
Wilayah yang dikuasai Muslim ini kemudian dikenal sebagai al-Andalus dengan kata 'Andal' kemungkinan berasal dari nama bangsa Vandal yang telah ditaklukkan kaum Muslim, dan mencapai puncak budayanya sekitar abad ke-10 dengan kemajuan dalam bidang matematika, astronomi, dan kedokteran.
Dalam beberapa hal, rezim ini relatif ramah. Orang Yahudi dan Kristen diperbolehkan menjalankan agama mereka jika mereka memilih untuk tidak masuk Islam, namun mereka membayar pajak tambahan, yang disebut jizya, dan diperlakukan sebagai kelas sosial yang lebih rendah dibandingkan Muslim.
Pemerintahan Muslim di Spanyol mulai terpecah-pecah setelah abad ke-11, dan kerajaan-kerajaan Kristen di utara menjadi semakin kuat. Emirat Muslim terakhir, di Granada, dikalahkan pada tahun 1492 oleh tentara Kastilia dalam pertempuran terakhir Reconquista Kristen yang dipimpin oleh Isabela dan Ferdinand, ratu dan raja pertama Spanyol. Setelah itu, Islam dilarang, dan penganiayaan bernada anti-Muslim terus berlanjut hingga awal abad ke-17.
Pengaruh pemerintahan Islam telah diakui di wilayah sekitar, namun sejarah tidak menyebutkan fase Islam di Tauste. "Kuburan kuno terkadang digali di kota tersebut, namun mereka dianggap sebagai kuburan korban pandemi kolera yang menewaskan hampir seperempat juta orang di Spanyol pada tahun 1854 dan 1855," kata Miriam Pina Pardos, direktur Anthropological Observatory of the Islamic Necropolis of Tauste untuk El Patiaz.
Menggali Islam
Beberapa anggota El Patiaz mencurigai menara gereja abad ke-11 di kota itu berasal dari zaman Islam. Kecurigaan ini terkonfirmasi ketika pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa menara tersebut dulunya adalah menara dengan arsitektur khas Zagri.
Maka pada tahun 2010, kelompok tersebut memulai penggalian yang dipimpin oleh arkeolog Francisco Javier Gutierrez. Mereka mengetahui bahwa kuburan kuno di Tauste berisi orang-orang yang dikuburkan dengan ritual Muslim, dan bukan dengan gaya pemakaman massal seperti yang diperkirakan terjadi pada para korban pandemi kolera.
"Misalnya, setiap kuburan berisi jenazah satu orang, biasanya diletakkan miring ke kanan sehingga wajah mereka mengarah ke kiblat di Makkah, dan masing-masing ditutupi dengan gundukan tanah. Beberapa mungkin juga memiliki penutup kayu, namun kini telah hilang," kata Gutierrez.
Kuburan tersebut juga menunjukkan ciri khas Muslim lainnya, yakni berukuran cukup besar untuk menampung jenazah, serta dikuburkan dengan kain kafan putih, apapun status sosial mereka.
"Ritual umat Islam tidak memperbolehkan orang mati dikuburkan bersama barang-barang. Namun pecahan keramik yang ditemukan di dekatnya dalam penggalian sejak tahun 2010 menunjukkan bahwa keramik tersebut berasal dari abad kedelapan dan ke-12," kata GimΓ©nez.
Meskipun keberadaan kuburan Islam tersebut diketahui dari penggalian sebelumnya, yang tidak diketahui adalah dimensi dan kepadatan makam tersebut. "Itu sudah diperkirakan dan tidak terduga pada saat yang sama," katanya.
Penemuan terbaru, di sebuah jalan yang diketahui merupakan bagian dari pekuburan kuno, menunjukkan besarnya pengaruh Muslim di kota tersebut selama beberapa abad.
Mereka menemukan kuburan itu digunakan terus menerus selama lebih dari 400 tahun. "Hal ini memberitahu kita tentang populasi Islam yang konstan dan mengakar kuat di Tauste sejak awal abad kedelapan," kata GimΓ©nez.
(rns/rns)