Pythagoras Jenius, Tapi Dia Salah Soal Ini
Hide Ads

Pythagoras Jenius, Tapi Dia Salah Soal Ini

Tim - detikInet
Selasa, 05 Mar 2024 07:15 WIB
Pythagoras pernah menggunakan matematika untuk memahami keindahan musik. Namun ternyata, itu tidak berjalan dengan baik.
Pythagoras pernah menggunakan matematika untuk memahami keindahan musik. Namun ternyata, itu tidak berjalan dengan baik. Foto: Wellcome Images/Wikimedia Commons
Jakarta -

Filsuf Yunani Pythagoras pernah menggunakan matematika untuk memahami keindahan musik. Namun ternyata, itu tidak berjalan dengan baik.

Menurut Phytagoras, kombinasi nada-nada harmonis yang dikenal sebagai konsonan musik mengandalkan 'rasio bilangan bulat' sederhana dalam frekuensi, atau nada, agar terdengar menarik. Dia menyatakan bahwa hal ini tetap berlaku untuk semua jenis instrumen.

Tapi tidak begitu nyatanya, kata tim peneliti internasional yang menanyai 4.272 sukarelawan tentang reaksi mereka terhadap nada tertentu. Reaksi tersebut menunjukkan preferensi terhadap musik dengan sedikit ketidaksempurnaan secara matematis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita lebih menyukai sedikit penyimpangan," kata psikolog musik Peter Harrison, dari University of Cambridge.

"Kita menyukai sedikit ketidaksempurnaan karena ini memberi kehidupan pada suaranya, dan itu menarik bagi kita," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Tim juga menemukan bahwa rasio bilangan bulat yang sangat disukai Pythagoras dapat diabaikan sepenuhnya jika menyangkut instrumen yang kurang familiar bagi pendengar Barat. Misalnya saja gong, gambang, atau bonang.

Melansir Science Alert, respon penelitian terhadap instrumen Indonesia ini menunjukkan pola konsonan dan disonansi yang benar-benar baru. Pola-pola ini cocok dengan skala musik yang digunakan dalam budaya Indonesia, dan tidak dapat dipetakan secara tepat pada tangga nada yang disukai di negara-negara seperti Amerika dan Eropa.

Dengan kata lain, timbre juga memengaruhi konsonan. Hasil ini menunjukkan bahwa pendengar dapat mengenali suara meskipun mereka bukan musisi atau familiar dengan instrumen tersebut.

Hubungan antara timbre dan konsonan ini mungkin menjadi alasan mengapa beberapa budaya mempunyai sistem penskalaan nada yang berbeda dari yang kita kenal di negara barat.

"Hasil ini memberikan landasan empiris bagi gagasan bahwa variasi budaya dalam sistem skala mungkin sebagian didorong oleh sifat spektral alat musik yang digunakan oleh budaya yang berbeda," tulis para peneliti dalam makalah mereka. Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature Communications.




(ask/ask)
Berita Terkait