Satelit Ungkap Banyak Kapal Gelap Tak Terlacak di Lautan

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 06 Jan 2024 19:30 WIB
Satelit Ungkap Banyak Kapal Gelap Tak Terlacak di Lautan. Foto: Global Fishing Watch
Jakarta -

Analisis baru terhadap wilayah tersibuk di lautan dunia telah mengungkapkan bahwa pengetahuan kita tentang apa yang terjadi di luar sana jauh lebih sedikit dibandingkan yang mungkin kita bayangkan.

Data satelit sebesar 2.000 terabyte mengungkapkan bahwa sekitar tiga perempat kapal perikanan industri, dan hingga 30% kapal transportasi dan energi, tidak terlacak secara publik, sehingga kita tidak bisa melihat aktivitas manusia di laut.

Lautan adalah sumber daya penting bagi umat manusia, dengan lebih dari satu miliar orang bergantung pada lautan sebagai sumber makanan utama. Bahkan saat ini, lebih dari satu abad setelah puncak Age of Sail atau Era Berlayar, kita masih mengirimkan sekitar 80% dari seluruh barang yang diperdagangkan, dan hampir 30% minyak dunia diproduksi di luar negeri.

Mengingat pentingnya hal ini bagi kita, dan meningkatnya seruan untuk mengambil tindakan untuk melindungi perairan di planet ini, kalian mungkin berpikir kita akan memiliki kendali yang tegas terhadap apa yang dilakukan oleh semua lalu lintas pelayaran. Namun, menurut sebuah studi baru, sejumlah besar kapal berlayar di bawah radar.

"Revolusi industri baru telah muncul di laut kita tanpa terdeteksi, hingga saat ini," kata salah satu penulis utama David Kroodsma, direktur penelitian dan inovasi di Global Fishing Watch, dikutip dari IFL Science.

"Di darat, kami memiliki peta rinci dari hampir setiap jalan dan bangunan di planet ini. Sebaliknya, pertumbuhan lautan kita sebagian besar tersembunyi dari pandangan publik. Studi ini membantu menghilangkan titik buta dan menjelaskan luas dan intensitas aktivitas manusia di laut," sambungnya.

Studi ini mengumpulkan citra satelit dan data GPS dari tahun 2017-2021, menggunakan model pembelajaran mendalam untuk mengklasifikasikan objek laut dengan akurasi lebih dari 97%. Tim memetakan temuan mereka dalam serangkaian visualisasi luar biasa yang menawarkan wawasan baru mengenai aktivitas industri di lautan.

Foto: Global Fishing Watch

Pada waktu tertentu selama analisis, rata-rata 63 ribu kapal dapat dideteksi. Hampir setengah dari jumlah tersebut adalah kapal penangkap ikan, dan tim menemukan bahwa 72% hingga 76% di antaranya tidak dipantau oleh sistem pelacakan publik. Mayoritas dari perusahaan ini, seperti terlihat pada peta di atas, beroperasi di wilayah Afrika dan Asia Selatan.

"Dengan kumpulan data dan teknologi kami yang tersedia secara gratis, titik-titik rawan aktivitas ilegal kini dapat terlihat dan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang melanggar batas wilayah penangkapan ikan tradisional atau zona ekonomi eksklusif negara lain dapat diidentifikasi," kata para peneliti.

Penangkapan ikan ilegal menimbulkan ancaman terhadap stok pangan dan menimbulkan risiko tangkapan sampingan (bycatch) spesies laut terancam yang tidak dikelola. Kemampuan melacak lalu lintas penangkapan ikan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi akan membantu mengatasi masalah ini.

Foto: Global Fishing Watch

Selain kapal penangkap ikan gelap, sekitar seperempat kapal pengangkut dan energi juga ditemukan tidak terlacak. Kapal tidak diharuskan untuk mengumumkan koordinatnya. Satu-satunya alasan mengapa angkutan itu disebut kapal gelap, karena kapal tersebut melakukan sesuatu yang ilegal.

Namun hal ini juga dipadukan dengan fakta bahwa rincian proyek infrastruktur lepas pantai seringkali dirahasiakan, dan kita mencapai situasi yang kita alami saat ini. Hal itulah yang ingin diubah oleh Global Fishing Watch dengan membuat data mereka tersedia untuk umum.

Foto: Global Fishing Watch

"Jejak Anthropocene tidak lagi terbatas pada terra firma," kata rekan penulis Patrick Halpin, profesor ekologi geospasial kelautan di Duke University.

"Memiliki pandangan yang lebih lengkap mengenai industrialisasi kelautan memungkinkan kita melihat pertumbuhan baru dalam bidang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, budi daya perairan, dan pertambangan yang dengan cepat ditambahkan ke dalam industri perikanan, pelayaran, serta aktivitas minyak dan gas," ujarnya.

"Studi ini menandai dimulainya era baru dalam pengelolaan dan transparansi lautan," tambah Kroodsma.



Simak Video "Video: KMP Gerbang Samudra 2 Kandas di Selat Bali, 269 Penumpang Selamat"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork