Ilmuwan Ciptakan Rahim Buatan untuk Selamatkan Bayi Prematur

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 06 Jan 2024 07:45 WIB
Ilmuwan Ciptakan Rahim Buatan untuk Selamatkan Bayi Prematur. Foto: Daily Mail
Jakarta -

Sekelompok ilmuwan di Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa rencana uji coba rahim buatan pada manusia diperkirakan akan disetujui di tahun ini. Terobosan ini memberikan harapan bagi 15 juta bayi yang lahir prematur setiap tahun di AS.

Sebuah tim di Rumah Sakit Anak Philadelphia berhasil menguji rahim domba prematur, dan menemukan bahwa hewan tersebut bisa membuka mata, menjadi lebih aktif, memiliki pernapasan dan gerakan menelan yang normal saat berada di dalam kantung.

Paru-paru yang belum berkembang sempurna adalah alasan utama separuh bayi prematur tidak dapat bertahan hidup. Mereka juga kesulitan melakukan transisi dari menghirup cairan ketuban ke menghirup udara.

Seperti dikutip dari Daily Mail, para peneliti melakukan 300 kali uji dan menemukan bahwa hewan-hewan tersebut memiliki perkembangan otak yang normal serta nutrisi stabil seperti mereka diberi makan oleh induknya.

Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah bertemu dengan para ahli untuk membahas langkah-langkah selanjutnya untuk membawa teknologi rahim buatan yang disebut EXTEND, ke dalam uji coba pada manusia.

Bayi biasanya lahir antara usia kehamilan 37 hingga 40 minggu. Namun bayi prematur diidentifikasi lahir pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih awal.

Sebagian besar masalah bayi prematur berasal dari perkembangan paru-paru yang tidak sempurna, sehingga rahim buatan bekerja untuk meniru lingkungan yang sama dengan yang dimiliki bayi sebelum kelahirannya.

Rahim buatan bekerja dengan dua cara. Pertama, dengan menghubungkan tali pusat janin ke oksigenator, yang mengedarkan darah dan menempatkannya dalam kantung cairan. Kedua, meniru rahim dan memungkinkan janin bernapas dan menelan cairan ketuban seperti yang terjadi selama kehamilan.

Emily Partridge dan timnya di rumah sakit menggunakan daging domba karena sebagian besar pengetahuan tentang perkembangan janin manusia berasal dari domba, termasuk sirkulasi janin dan peristiwa perkembangannya.

Domba-domba tersebut dilahirkan antara 106 hingga 113 hari, setara usia biologis bayi manusia prematur yang berumur 23 hingga 24 minggu. Masa kehamilan seekor domba pada umumnya adalah 152 hari.

Para peneliti menyampaikan bahwa pada akhir masa tinggal hewan uji di dalam rahim buatan, mereka memiliki status gizi yang stabil. Tes kondisi hati domba terpantau positif, demikian juga pertumbuhan otak tercatat normal.

"Hewan-hewan tersebut menunjukkan gerakan yang normal, siklus tidur dan bangun, pernapasan dan menelan yang terputus-putus dan secara umum tampak nyaman dan tidak tertekan," kata para peneliti.

Partridge mengatakan percobaan awal pada domba prematur membuat mereka tetap hidup dan menunjukkan bahwa hewan tersebut mengembangkan paru-paru, otak, dan organ lain yang sehat, sehingga FDA mempertimbangkan persetujuan untuk memulai uji coba pada manusia.

Alan Flake, salah satu pengembang EXTEND, mengklarifikasi bahwa rahim buatan tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses kehamilan.

"Kemungkinan tersebut tidak lebih dari sekadar mimpi yang naif secara teknis dan perkembangan, namun sangat spekulatif," ujarnya dalam The Journal of American Medical Association.

Pada bulan September, FDA mengadakan pertemuan dengan lebih dari 24 ahli, termasuk ahli neonatalogi, dokter anak, dan ahli bioetika, untuk membahas langkah-langkah apa yang harus diambil untuk melakukan uji coba rahim buatan pada manusia.

Dalam pertemuan tersebut, Flake mengatakan bahwa ia yakin data praklinis tim cukup untuk pertimbangan studi klinis yang dirancang dengan cermat. FDA diperkirakan akan mengumumkan keputusannya akhir tahun ini.

"Satu hal yang diajarkan proyek ini kepada saya adalah jangan pernah menyerah. Anda harus terus melakukannya, terus mencobanya sampai berhasil," kata Partridge.



Simak Video "Video: Jepang Siap Luncurkan Satelit Kayu Pertama di Dunia"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork