Sekali Selingkuh Bakal Selingkuh Lagi? Begini Menurut Studi
Hide Ads

Sekali Selingkuh Bakal Selingkuh Lagi? Begini Menurut Studi

Tim - detikInet
Minggu, 31 Des 2023 12:45 WIB
Angry millennial couple arguing shouting blaming each other of problem, frustrated husband and annoyed wife quarreling about bad marriage relationships, unhappy young family fighting at home concept
Isu perselingkuhan suami TikToker dengan seorang pramugari sedang hangat-hangatnya. Apakah sekali selingkuh akan selingkuh lagi ke depannya? Foto: iStock
Jakarta -

Isu perselingkuhan suami TikToker dengan seorang pramugari sedang hangat-hangatnya. Netizen tentu saja ikut sedih dengan kabar yang menimpa ibu tersebut, terutama sesama kaum hawa.

Perselingkuhan adalah hal yang menyakitkan, namun ternyata tak sedikit yang melakukannya. Meski sadar begitu besar konsekuensi yang dihadapi jika main gila, kadang ada juga yang malah berselingkuh berkali-kali.

Bahkan, terkenal sebuah kalimat yang menyatakan 'sekali selingkuh, pasti akan selingkuh lagi'. Ada pula yang menyebut 'selingkuh adalah penyakit'. Apakah demikian?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil sebuah studi soal perselingkuhan yang beberapa kali diangkat menjadi subjek penelitian, mengungkapkan tindakan tidak jujur yang berulang-ulang menumpulkan bagian otak yang disebut amigdala. Semakin sering berbohong atau selingkuh, responnya akan semakin melemah.

"Kami berspekulasi bahwa respons yang tumpul terhadap tindakan ketidakjujuran yang berulang-ulang mungkin mencerminkan berkurangnya respons emosional terhadap keputusan-keputusan ini atau terhadap penilaian afektif dan arti-penting keputusan tersebut," kata Neil Garrett salah satu penulis makalah dan peneliti di Princeton Neuroscience Institute kepada Elite Daily.

ADVERTISEMENT

Garrett menuturkan bahwa kali pertama kali melakukan perbuatan salah, tentunya kita akan merasa bersalah. Tapi rasa salah itu akan berkurang semakin sering kita melakukannya.

"Bagi para tukang selingkuh, bisa jadi mereka pada awalnya merasa tidak enak karena selingkuh, namun sudah begitu sering berbuat curang sehingga mereka sudah beradaptasi dengan cara mereka dan tidak lagi merasa bersalah karena selingkuh. Kemungkinan lainnya adalah mereka tidak pernah merasa bersalah atas kecurangan sejak awal, sehingga mereka tidak memerlukan adaptasi untuk melakukan hal tersebut, mereka sudah merasa nyaman dengan hal tersebut sejak awal," lanjutnya.

Di tahun 2014, studi dari Denver University menemukan hal yang sama. Berdasarkan data dari 484 pasangan yang belum menikah, bersama lebih dari lima tahun, peneliti menemukan 32% dari pasangannya pernah selingkuh. Yang mencengangkan, 45% di antaranya mengaku selingkuh lebih dari satu kali.




(ask/ask)
Berita Terkait