Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap salah satu riset terbaru mereka yakni penelitian terkait gelombang infrasonik untuk misi keantariksaan. Apakah bisa mendeteksi alien?
Saat live 'Pemantauan Gelombang Infrasonik untuk Misi Keantariksaan, di kanal YouTube BRIN Indonesia, Jumat (15/12/2023), salah seorang audience bertanya pada Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Antariksa BRIN Mario Batubara, apakah gelombang ultrasonik bisa mendeteksi kehidupan di luar Bumi.
"Terkait (gelombang ultrasonik mendeteksi) kehidupan di luar Bumi, saya belum pernah dengar," kata Mario menjawab pertanyaan tersebut.
Dijelaskan olehnya, gelombang infrasonik adalah gelombang bunyi yang frekuensinya di bawah gelombang suara yang tidak dapat dideteksi telinga manusia, yaitu di bawah 20 Hertz.
Kebalikannya adalah gelombang ultrasonik, yakni gelombang suara yang frekuensinya di atas 20 Hertz. Baik infrasonik maupun ultrasonik sama-sama tidak dapat didengar oleh manusia karena frekuensinya di bawah dan di atas ambang batas pendengaran manusia.
"Gelombang ultrasonik ini posisinya di atas batas ambang manusia, 20 Hertz. Dalam dunia kesehatan, ultrasonik contohnya diterapkan pada USG untuk melihat kontur kesehatan bayi di dalam kandungan. Terkait kehidupan di luar Bumi, saya kira sangat sulit (dideteksi ultrasound)," kata Mario.
Ia menjelaskan, frekuensi ultrasonik berbeda dengan infrasonik, panjang gelombangnya pun lebih pendek. Karena ultrasonik memiliki frekuensi yang tinggi, ia lebih rentan terhadap medium perantaranya.
"Artinya, penjalaran gelombangnya lebih rendah dibandingkan infrasonik. Karenanya, infrasonik lebih sering diaplikasikan dalam kebencanaan dan sains keantariksaan," paparnya.
Terkait misi keantariksaan, di tahun 2023 penelitian BRIN tentang gelombang infrasonik termasuk di antaranya menyiapkan sistem payload satelit. Fokusnya adalah mengkaji sistem pendeteksi gelombang infrasonik untuk dipasang sebagai payload satelit.
Ia dan timnya mengambil tiga contoh benda antariksa, yakni Bumi, Mars, dan Venus. Dari ketiga planet ini, peneliti mendapatkan informasi kesamaan parameter terkait atmosfer seperti temperatur, tekanan, dan kerapatan udaranya.
"Atmosfer yang ada di planet ini berpengaruh pada gelombang infrasonik, karena perambatan gelombang sangat bergantung pada kondisi atmosfer planet," sebutnya.
Penelitian ini, kata Mario, bertujuan menghasilkan sebuah payload satelit berbasis infrasonik, agar peneliti bisa melihat gelombang infrasonik yang terjadi.
Baca juga: Heboh CIA Amankan 9 Benda Diduga UFO |
Dengan demikian, bisa diketahui kecepatan angin di atmosfer yang sangat berpengaruh pada proses mekanisme global sirkulasi di atmosfer. Informasi ini penting untuk mengetahui stabilitas dinamika atmosfer.
"Dampaknya antara lain pemanfaatan gelombang infrasonik untuk mitigasi kebencanaan. Kita operasikan di beberapa lokasi di permukaan Bumi. Selain itu, tujuan berikutnya untuk mengestimasi parameter di atmosfer yang kita sebutkan tadi, itu dari sisi pemanfaatannya," jelas Mario.
Simak Video "Video Nyobain Animalium BRIN!"
(rns/jsn)