Rahasia di Balik Kokohnya Tembok Besar China Terungkap
Hide Ads

Rahasia di Balik Kokohnya Tembok Besar China Terungkap

Khalisha Fitri - detikInet
Selasa, 12 Des 2023 12:15 WIB
Tembok Besar China
Rahasia di Balik Kokohnya Tembok Besar China Terungkap. Foto: Bo Xiao
Jakarta -

Tembok Besar China telah berdiri kokoh selama ratusan tahun. Siapa sangka, ternyata organisme inilah yang menjadi kuncinya.

Biocrusts, demikian sebutannya, atau disebut juga biological soil crust yang dalam bahasa Indonesia berarti kerak tanah biologis, merupakan organisme hidup yang berbentuk layaknya kerak tanah.

Ilmuwan menemukan fakta ini saat sedang menganalisis segmen-segmen yang ada di Tembok Besar China. Memiliki panjang hingga 21 ribu km dan didirikan pada tahun 221 SM, tembok ini dibangun untuk mempertahankan kerajaan dari dunia luar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama konstruksi, para pekerja di zaman itu umumnya menggunakan tanah kompak berupa campuran material organik seperti tanah dan kerikil yang dibuat solid dalam membuat tembok besar. Melihat bagaimana material-material ini rentan terhadap erosi, mereka pun memanfaatkan biocrusts.

Merujuk pada riset yang terbit di jurnal Science Advances, material organik ini terbuat dari sianobakteri (mikroorganisme yang melakukan fotosintesis), dan lumut yang membantu memperkuat bangunan, terutama yang terletak di wilayah kering maupun semi kering di China.

ADVERTISEMENT

"Para pembangun zaman kuno tahu material mana yang bisa membuat bangunan lebih stabil," ujar penulis riset Bo Xiao, profesor ilmu tanah di College of Land Science and Technology di China Agricultural University, Beijing.

Tembok Besar ChinaBiocrusts, biological soil crust atau kerak tanah biologis pada Tembok Besar China. Foto: Bo Xiao

"Untuk meningkatkan kekuatan mekanik, tanah kompak tembok tersebut selalu dibangun dari tanah liat, pasir, dan perekat lainnya seperti kapur oleh pembangun aslinya," ujarnya seperti dikutip detikINET dari Live Science, Senin (11/12/2023).

Untuk menguji kekuatan dan keutuhan tembok besar itu, ilmuwan mengumpulkan sampel dari 8 bagian berbeda yang dibangun antara 1368 SM dan 1644 SM selama Dinasti Ming. Mereka kemudian menemukan bahwa 67% sampel mengandung biocrusts yang Xiao sebut sebagai 'insinyur ekosistem'.

Menggunakan instrumen mekanis portabel, di lokasi maupun di laboratorium, mereka mengukur kekuatan mekanis sampel dan stabilitas tanah, lalu membandingkan data tersebut dengan segmen tembok yang hanya mengandung tanah kompak.

Mereka menemukan bahwa sampel dengan biocrusts terkadang tiga kali lebih kuat dari sampel tanah kompak polosan. Sementara itu, sampel dengan lumut akan cenderung lebih sehat.

Ini dikarenakan sianobakteri dan bentuk kehidupan lain di dalam substansi tersekresi biocrusts, seperti polimer, akan mengeratkan partikel tanah kompak, membantu menguatkan stabilitas strukturalnya dengan menciptakan semacam semen.

"Zat semen, filamen biologis, dan agregat tanah di dalam lapisan kerak bio akhirnya membentuk jaringan kohesif dengan kekuatan mekanik yang kuat dan stabilitas terhadap erosi eksternal," pungkasnya.


*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(rns/rns)