NASA Mau Bangun Pemukiman di Bulan, Bisa Beli Rumah di Sana?
Hide Ads

NASA Mau Bangun Pemukiman di Bulan, Bisa Beli Rumah di Sana?

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 01 Nov 2023 08:15 WIB
Perumahan di Bulan
Ilustrasi rumah manusia di Bulan. Foto: ICON/BIG Bjarke Ingels Group
Jakarta -

Sejumlah negara dengan teknologi luar angkasa maju berlomba mengeksplorasi Bulan, bahkan bersiap membangun pemukiman di sana. Tapi sebenarnya, apakah manusia memang bisa membeli dan memiliki rumah di Bulan.

Dalam sebuah wawancara dengan space lawyer atau pengacara luar angkasa Michelle Hanlon, terungkap bahwa ternyata ada hukum yang mengatur hal ini.

Profesi Space Lawyer

Sebelum lebih lanjut, untuk diketahui bahwa space lawyer adalah profesi dan jabatan yang sungguh ada. Space lawyer seperti Hanlon diperlukan pengetahuan hukumnya untuk membentuk kembali pemahaman kita tentang Perjanjian Luar Angkasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga berkontribusi dalam menciptakan situs warisan luar planet yang pertama bagi umat manusia, sambil juga mempertimbangkan tunjangan apa saja yang dapat diberikan. Mengapa profesi ini ada? Karena kita perlu mewujudkannya jika suatu hari nanti kehidupan di dunia lain akhirnya berbagi ruang dengan umat manusia.

"Kita punya perjanjian yang mengatur aktivitas di luar angkasa dan itu benar-benar seperti Magna Carta aktivitas antariksa. Prinsip paling penting dari Perjanjian Luar Angkasa adalah bahwa ruang angkasa adalah untuk semua orang, dan setiap orang mempunyai kebebasan eksplorasi dan akses ke semua wilayah," kata Hanlon dalam wawancara dengan Curious Magazine, dikutip dari IFL Science.

ADVERTISEMENT

Prinsip penting lainnya, lanjut Hanlon, adalah tidak ada negara yang boleh mengklaim wilayah di luar angkasa. Jadi pada dasarnya, pertanyaannya adalah, jika kita tidak bisa mengklaim suatu wilayah, bagaimana kita bisa membangun komunitas di luar angkasa? Karena konsep itu didasarkan pada gagasan kepemilikan properti.

"Fokus pekerjaan saya adalah memahami bagaimana menghubungkan gagasan kebebasan akses, untuk semua orang. Kalau dipikir-pikir, jika Anda membangun rumah di Bulan, menurut Perjanjian Luar Angkasa, siapa pun bisa datang dan melewatinya," ujarnya.

Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, lanjut Hanlon, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memiliki properti. Jadi hal itu tidak bisa hilang begitu saja saat kita pergi ke luar angkasa.

"Jadi, kami benar-benar berusaha menemukan keseimbangan tersebut dan memahami bagaimana kami akan membangun komunitas secara damai, dalam kerangka yang ditetapkan oleh Perjanjian Luar Angkasa ini," ujarnya.

Luar Angkasa Milik Bersama

Hanlon memberikan gambaran, ada tempat di Bumi yang tidak diatur oleh yurisdiksi apa pun: laut lepas. Jadi, kita punya sedikit gambaran bagaimana rasanya aktif di wilayah yang tidak punya yurisdiksi berdaulat.

"Masalahnya kita masih punya bendera, dan kita bicara soal perahu yang mengapung, tidak ada pulau di laut lepas yang tidak diklaim siapa pun," ujarnya.

Jadi, kita tidak bisa memindahkan konsep itu ke luar angkasa. Banyak orang mencoba mengatakan bahwa laut lepas dianggap sebagai milik bersama global, dan dari sudut pandang ekonomi dan filosofis, ruang angkasa adalah milik bersama global.

Namun, ruang angkasa tidak terbatas, dan kita harus sadar bahwa mungkin ada makhluk lain di ruang angkasa yang memiliki kesadaran.

"Jika kita melihat orbit rendah Bumi, sumber dayanya terbatas. Saya memandang orbit rendah Bumi seperti laut lepas karena tidak ada yang mengambil tanggung jawab, dan itu adalah masalah. Namun ketika Anda melampaui orbit rendah Bumi, ketika Anda melampaui Bulan, maka Anda benar-benar tidak memiliki preseden di Bumi," jelasnya.

Pasal Enam Perjanjian Luar Angkasa menyatakan bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap warga negaranya di luar angkasa, baik mereka merupakan badan pemerintah atau bukan.

Elon Musk dan Jeff Bezos adalah warga negara Amerika, perusahaan mereka adalah perusahaan Amerika, dan Amerika Serikat mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa aktivitas mereka sesuai dengan Perjanjian Luar Angkasa.

Punya Rumah di Bulan

Jadi, bisakah suatu hari nanti kita membeli properti tempat tinggal di Bulan? Hanlon menjawab, bisa saja. Tapi menurutnya, akan menyedihkan jika manusia benar-benar melakukannya.

"Masalahnya, ketika Anda berpikir untuk membeli sesuatu, adalah siapa pemiliknya. Saat Anda membeli properti, Anda menemui pemerintah yang mempunyai wewenang untuk menyatakan bahwa Anda sekarang akan memiliki sebidang tanah tersebut. Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas atas Bulan," terangnya.

"Jika Anda membangun stasiun penelitian bulan, Perjanjian Luar Angkasa memiliki konsep bahwa jika itu untuk ilmu pengetahuan maka tidak masalah, selama Anda membagikan semua informasi Anda kepada semua orang. Tapi bagaimana dengan membangun hotel di Bulan? Tidak ada seorang pun yang mempunyai wewenang untuk mengatakan, ya, Anda bisa membangun hotel itu," tegasnya.

Ia menambahkan, ini adalah proses yang sulit, tetapi harus terjadi jika kita ingin melakukan penjelajahan di luar orbit kita.

"Kita perlu mengizinkan masyarakat membangun rumah dan mengklaim tanah. Saya pribadi ingin melihat Bulan diperlakukan sedikit berbeda dari ruang angkasa lainnya, mari kita jaga agar Bulan tetap murni sebisa mungkin," tutupnya.




(rns/afr)