Penggunaan senjata kimia modern dimulai sejak Perang Dunia I. Kedua pihak berkonflik menggunakan gas beracun untuk menimbulkan penderitaan dan menimbulkan korban jiwa yang signifikan di medan perang.
Senjata-senjata tersebut pada dasarnya terdiri dari bahan kimia komersial terkenal yang dimasukkan ke dalam amunisi standar seperti granat dan peluru artileri. Selain fosfor putih yang ramai dibicarakan karena Israel baru-baru ini menggunakannya di Jalur Gaza, ada juga yang menggunakan klorin, fosgen (zat pencekik) dan gas mustard.
Penggunaan zat kimia ini hasilnya tidak pandang bulu dan sering kali menghancurkan. Hampir 100 ribu kematian terjadi. Sejak Perang Dunia I, senjata kimia telah menyebabkan lebih dari satu juta korban jiwa di seluruh dunia. Berikut adalah berbagai zat kimia yang digunakan sebagai senjata perang selain fosfor putih.
Klorin
Klorin lebih dikenal sebagai pemutih pakaian. Ini adalah bahan kimia yang juga digunakan membunuh bakteri dalam sistem air publik. Dalam konsentrasi tinggi, klorin bisa menjadi senjata.
Seperti dikutip dari laman Disarmament Perserikatan Bangsa Bangsa, klorin adalah senjata kimia pertama yang digunakan secara efektif dalam perang, yakni pada Perang Dunia I Klorin berwarna hijau-kuning dan berbau seperti pemutih.
Efek: zat kimia ini bisa membuat tersedak, mengiritasi mata, hidung, dan saluran pernapasan. Gejala keracunan klorin muncul seperti pilek , batuk , tersedak, dan nyeri dada. Penumpukan cairan di paru-paru terjadi beberapa jam setelah terpapar. Dalam kasus parah, klorin bisa menyebabkan pneumonia.
Sianida
Sebagai gas, sianida tidak berwarna dan berbau seperti almond pahit. Ada dua jenis sianida, yakni hidrogen sianida dan sianogen klorida (sianogen klorida berubah menjadi hidrogen sianida di dalam tubuh).
Efek: sianida mengganggu penggunaan oksigen dalam tubuh. Namun sianogen klorida memiliki efek iritasi dan tersedak yang kuat pada mata dan saluran pernapasan, tidak seperti hidrogen sianida.
Sianida dalam bentuk cair akan membakar kulit dan mata. Sianida bekerja dengan cepat, namun hanya dalam jumlah besar yang bisa mematikan. Keracunan sianida dapat diobati dengan natrium tiosulfat dan hidroksokobalamin. Pengobatan lama yang terdiri dari amil nitrat inhalasi, atau natrium nitrit dan natrium tiosulfat intravena masih digunakan di beberapa daerah.
Lewisite
Sebagai senjata, cairan lewisite berbau seperti geranium dan berwarna kuning hingga coklat tua. Lewisite merupakan zat berminyak yang menyebabkan lecet bahkan melepuh dan dapat menjadi racun bagi paru-paru dan seluruh tubuh.
Efek: jika dihirup dalam konsentrasi tinggi, lewisite dapat membunuh hanya dalam waktu 10 menit. Bentuk uap lewisite sama berbahayanya, namun bahan kimianya kurang efektif dalam kondisi lembab. Keracunan lewisite dapat diobati dengan obat penawar yang dikenal sebagai dimercarprol, jika diberikan segera setelah terhirup.
Mustard
Mustard adalah zat yang bisa menyebabkan melepuh yang paling dikenal luas dan paling umum. Luka bakar ini menyebabkan luka yang penyembuhannya jauh lebih lambat dan lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan luka bakar akibat paparan zat kimia lainnya.
Efek: mustard juga merusak mata dan saluran pernapasan setelah kontak, serta saluran pencernaan dan sumsum tulang (tempat sel sistem kekebalan diproduksi) setelah diserap dalam dosis tinggi.
Namun, efeknya tertunda karena tidak menimbulkan rasa sakit saat bersentuhan. Tidak ada obat penawar untuk keracunan mustard. Mata korban harus segera dibilas dengan air, pemberian pemutih dapat mendekontaminasi kulit, dan oksigen harus diberikan jika mustard terhirup.
Selanjutnya: Fosgen hingga VX
(rns/afr)