New York Tenggelam Akibat Keberatan Beban Gedung Pencakar Langit
Hide Ads

New York Tenggelam Akibat Keberatan Beban Gedung Pencakar Langit

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 06 Okt 2023 15:15 WIB
New York, AS dikenal sebagai kota metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langit yang tinggi. Dibalik itu, ilmuwan mengungkapkan ini akan tenggelam karena menopang terlalu banyak gedung.
New York Tenggelam Akibat Keberatan Beban Gedung Pencakar Langit. Foto: Getty Images/Gary Hershorn
Jakarta -

Sebuah studi baru menemukan bahwa Kota New York di Amerika Serikat yang pekan lalu dilanda banjir parah, diprediksi akan tenggelam karena beban kolektif seluruh bangunannya.

Proses bertahap ini dapat menimbulkan masalah bagi New York, karena permukaan laut telah meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan tingkat global, dan diperkirakan akan meningkat antara 8-30 inci pada tahun 2050.

Terlebih lagi, para ilmuwan memperkirakan akan terjadi curah hujan yang lebih sering dan ekstrem seperti angin topan dan angin topan akibat krisis iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berada jauh dari lautan dan hanya bergerak masuk," kata penulis utama studi Tom Parsons, ahli geofisika penelitian di US Geological Survey, seperti dikutip dari CNN.

Makalah yang diterbitkan di jurnal Earth's Future ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana bangunan bertingkat tinggi di daerah pesisir, tepi sungai atau danau dapat berkontribusi terhadap risiko banjir di masa depan dan bahwa langkah-langkah harus diambil untuk mengurangi potensi dampak berbahaya.

ADVERTISEMENT

Risiko tenggelamnya kota

Para peneliti menghitung massa 1.084.954 bangunan yang ada di lima wilayah Kota New York pada saat penelitian dilakukan, dan menyimpulkan bahwa beratnya sekitar 762 miliar kilogram atau setara dengan sekitar 1,9 juta pesawat Boeing 747-400 yang penuh muatan.

Tim peneliti kemudian menggunakan simulasi untuk menghitung dampak beban tersebut di permukaan tanah, dan membandingkannya dengan data satelit yang menunjukkan geologi permukaan sebenarnya.

"Analisis mengungkapkan tingkat penurunan permukaan tanah di kota tersebut rata-rata adalah sekitar 1-2 milimeter per tahun, dengan beberapa daerah mengalami penurunan permukaan tanah yang lebih besar hingga sekitar 4Β½ milimeter per tahun," kata Parsons.

Subsidensi adalah istilah teknis untuk tenggelam atau mengendapnya permukaan Bumi karena sebab alami atau buatan. Sebuah studi pada September 2022 menemukan bahwa 44 dari 48 kota pesisir terpadat memiliki wilayah yang tenggelam lebih cepat dibandingkan kenaikan permukaan laut. Pendekatan baru dalam studi terbaru ini adalah memperhitungkan secara spesifik bobot bangunan di Kota New York dan kontribusinya terhadap penurunan permukaan tanah di bawahnya.

Namun, tidak semua tenggelamnya disebabkan oleh bangunan. "Kami dapat melihat beberapa korespondensi dimana terdapat konstruksi pada tanah yang sangat lunak dan timbunan buatan," kata Parsons.

"Di tempat lain, kami melihat penurunan permukaan tanah yang sulit dijelaskan. Dan ada banyak penyebab berbeda, seperti relaksasi pasca-glasial yang terjadi setelah zaman es terakhir, atau pemompaan air tanah," ujarnya.

Beberapa daerah di Manhattan, Brooklyn dan Queens termasuk di antara daerah-daerah yang tenggelam lebih cepat dari rata-rata, menurut penelitian tersebut.

"Beberapa di antaranya tampaknya berhubungan dengan proyek konstruksi yang sedang berlangsung," kata Parsons. "Tetapi kami juga melihat penurunan permukaan tanah di ujung utara Staten Island yang saya tidak dapat menemukan penjelasannya, dan saya telah menyelidiki berbagai hal, sehingga hal ini masih tetap menjadi misteri," ujarnya.

Mengurangi risiko, Jakarta contoh kasus

Penelitian menunjukkan bahwa penurunan muka tanah dapat menimbulkan ancaman banjir yang lebih awal dibandingkan dengan kenaikan permukaan air laut, dan tidak hanya di Kota New York.

"Ini adalah masalah global. Rekan penulis saya dari University of Rhode Island mengamati 99 kota di seluruh dunia, tidak hanya di pesisir tetapi juga di daratan, dan sebagian besar kota tersebut mempunyai masalah penurunan permukaan tanah," kata Parsons.

Ia mengutip kasus Jakarta. Ibu kota Indonesia ini tenggelam begitu cepat sehingga pemerintah Indonesia berencana membangun ibu kota baru di tempat lain.

"Kita tahu bahwa permukaan laut global meningkat dan garis pantai berubah, dan sangat penting untuk memahami dampak aktivitas manusia, seperti emisi gas rumah kaca, terhadap pemanasan dunia," kata ahli geofisika Sophie Coulson, mahasiswa pascadoktoral di Los Alamos National Laboratory yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penelitian ini melihat faktor penting manusia yang baru-baru ini menjadi fokus, yaitu pengaruh beban bangunan perkotaan terhadap penurunan permukaan tanah pesisir.

Para penulis, tambahnya, menggunakan kombinasi cerdas pemodelan komputer, pengukuran satelit, dan data GPS untuk memperkirakan tingkat tenggelamnya kapal dalam jangka pendek dan jangka panjang di berbagai wilayah kota dan mengidentifikasi wilayah yang paling berisiko.

"Kota New York adalah salah satu wilayah pesisir terpadat di dunia, dengan sebagian besar infrastruktur penting dibangun di wilayah pesisir dataran rendah," katanya.

"Memahami bagaimana dan mengapa lanskap berubah, dan mengidentifikasi wilayah yang paling rentan terhadap banjir sangat penting untuk melakukan persiapan yang tepat guna memitigasi kenaikan permukaan laut di masa depan," tutupnya.




(rns/rns)