Pekan lalu, pemandangan banjir ekstrem di Kota New York, AS menjadi viral di media sosial. Sebagian kota yang dikenal modern ini tampak terendam air karena curah hujan yang tinggi membanjiri sistem drainase kota.
Sebagian besar wilayah tersebut berada di bawah peringatan banjir bandang karena curah hujan yang tinggi merembes ke sistem kereta bawah tanah dan menyebabkan penumpang di sekitar kota terdampar dalam badai yang belum pernah terjadi sebelumnya.
The Washington Post melaporkan, intensitas hujan yang tinggi menandai curah hujan terbanyak dalam satu hari di Bandara Internasional John F. Kennedy di New York, yang mengalami curah hujan hampir 8 inci dalam satu hari, lebih banyak dibandingkan hari lainnya sejak 1948.
Selain itu, wilayah lainnya yakni Brooklyn, diguyur air yang setara dengan hujan selama satu bulan dalam tiga jam, karena dilanda badai dengan tingkat curah hujan paling tinggi.
Curah hujan ekstrem mendorong Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat, dan menyebut curah hujan tersebut sebagai peristiwa yang mengancam jiwa. Menurut The New York Times, perubahan iklim menjadi penyebab kondisi ekstrem ini. Sedangkan pihak lain berpendapat bahwa kesalahan manusia dan interaksi juga berperan langsung dalam besarnya kerusakan lingkungan.
Infrastruktur kota masa lalu
Infrastruktur Kota New York dibangun berdasarkan pola cuaca di masa lalu, dan desain tersebut tidak memperhitungkan curah hujan ekstrem dan banjir bandang yang terjadi baru-baru ini yang disebabkan oleh Badai Irene, Badai Sandy, atau yang terbaru, Badai Ida.
"Saat ini di New York terdapat sesuatu yang lebih mirip pola curah hujan tropis," kata Rohit Aggarwala, komisaris perlindungan lingkungan Kota New York seperti dikutip dari The Week.
"Saat merancang infrastruktur, Anda selalu membangun berdasarkan rekor," sebut Aggarwala. Namun hal ini menjadi rumit ketika perubahan iklim menciptakan kondisi yang memecahkan rekor tersebut.
"Perubahan pola cuaca ini adalah akibat dari perubahan iklim, dan kenyataan yang menyedihkan adalah iklim kita berubah lebih cepat daripada yang dapat direspon oleh infrastruktur kita," sambungnya.
"Pelajaran yang dapat diambil dari banjir besar yang tiba-tiba terjadi di kota ini adalah infrastruktur kita dirancang untuk iklim yang sudah tidak ada lagi," kata ilmuwan iklim Michigan University Mohammed Ombadi.
Menurutnya, banjir baru-baru ini telah memperjelas hal tersebut, karena warga New York terus mendengar berita tentang jalan raya dan jembatan yang rusak, jalur kereta api yang rusak, dan rumah-rumah yang terendam banjir.
"Kita perlu mengubah cara kita merancang dan membangun infrastruktur agar sejalan dengan peningkatan curah hujan, kejadian ekstrem yang diprediksi oleh para ilmuwan iklim," tambahnya.
Perubahan iklim bukan satu-satunya hal yang patut disalahkan terkait banjir tak terduga di New York. Pengamat juga menilai ada peran lingkungan buatan manusia dalam memperburuk dan menciptakan peristiwa banjir ini.
"Itulah yang sedang terjadi di Kota New York saat ini. Kota perlu memantau dan memperbarui sistem drainase mereka dari waktu ke waktu," kata Samuel Brody, profesor dan direktur Institute for a Disaster Resilient Texas.
Brody juga menentang anggapan bahwa perubahan iklim terjadi terlalu cepat. Menurutnya, pembangunan manusia berubah jauh lebih cepat daripada yang dapat diakomodasi oleh sistem drainase dan infrastruktur yang ada saat ini, jauh lebih cepat dibandingkan terjadinya perubahan iklim.
Simak Video "Video: Melihat Dampak Perubahan Iklim yang Semakin Nyata"
(rns/rns)