Pria Ini Alami Infeksi Bakteri Misterius Usai Digigit Kucing Liar
Hide Ads

Pria Ini Alami Infeksi Bakteri Misterius Usai Digigit Kucing Liar

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 08 Agu 2023 07:15 WIB
young man interacts with pets
Ilustrasi digigit kucing. Foto: Getty Images/iStockphoto/Magui-rfajardo
Jakarta -

Seorang laki-laki digigit kucing liar dan mengalami infeksi dari bakteri misterius. Para ilmuwan belum pernah menemukan bakteri ini sebelumnya.

Setelah digigit kucing itu beberapa kali, respon imun pria itu terlihat delapan jam kemudian. Tangannya bengkak. Di rumah sakit, lukanya dibersihkan dan dia diberikan suntikan tetanus. Dilanjutkan dengan konsumsi antibiotik. Namun kondisinya tidak membaik.

Selang satu hari, dia kembali. Kondisinya makin mengerikan, jari-jarinya bengkak besar. Terutama jari kelingkingnya, sangat besar dan nampak kemerahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter kemudian menganalisis sampel mikroorganisme dari luka pria tersebut. Alhasil, mereka menemukan organisme mirip Streptococcus, bakteri yang dikaitkan dengan meningitis, sakit tenggorokan, pneumonia bakteri, mata kemerahan dan penyakit lainnya.

Tapi, ketika tim peneliti mencoba mencari tahu genom bakteri ini, tidak ada varian yang cocok. Dengan begitu, ini adalah bentuk bakteri yang tidak pernah didokumentasikan secara formal.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Science Alert, kemudian diketahui, bakteri itu milik genus lain dari bakteri gram positif yang disebut Globicatella. Pengurutan genom penuh dari bakteri tersebut menunjukkan bahwa ia berbeda dari strain terkait lainnya, seperti G. sulfidfaciens. Hasil penelitian menemukan bahwa sekitar 20%, ini adalah 'spesies yang berbeda dan sebelumnya tidak terdeskripsikan'.

Karena G. sulfidifaciens resisten terhadap beberapa jenis antibiotik umum, sulit untuk diberantas dari tubuh. Untungnya, jenis baru yang ditemukan di Inggris merespons dengan baik.

"Laporan ini menyoroti peran kucing sebagai reservoir spesies bakteri yang belum ditemukan yang memiliki potensi patogen pada manusia," tulis penulis studi kasus tersebut. Studi kasus ini telah dipublikasikan di Emerging Infectious Diseases.




(ask/afr)