Negara bagian timur laut Assam, India, adalah negeri dengan banyak keajaiban alam. Assam membanggakan populasi kerbau liar dan badak bercula satu terbesar yamg dimilikinya di Taman Nasional Kaziranga, sebuah situs warisan dunia UNESCO. Selain banyak keajaiban alamnya, Assam juga merupakan negeri dengan keanehan tertentu, yaitu keberadaan lembah Jatinga.
Desa Jatinga adalah sebuah komunitas kecil misterius di Distrik Dima Hasao. Jatinga dikenal dengan fenomena alam aneh tentang burung yang 'bunuh diri'. Penduduk setempat menggambarkan desa itu sebagai lembah kematian bagi burung.
Burung bunuh diri?
Betapapun tidak masuk akal kedengarannya, beberapa ilmuwan dan ahli burung terbaik dunia belum ada yang bisa menjelaskan fenomena ini selama lima puluh tahun terakhir. Bunuh diri massal burung yang aneh ini telah menjadikan lembah Jatinga salah satu tempat paling aneh sekaligus paling indah di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surga Pengamat Burung atau Lembah Kematian?
Jatinga menjadi pusat perhatian pada tahun 1960 ketika naturalis terkenal EP Gee dan ahli burung terkenal Salim Ali mengunjungi desa ini untuk menyelidiki kebenaran fenomena bunuh diri burung yang aneh. Apa yang mereka temukan sangat membingungkan.
Fenomena aneh itu ditemukan terjadi tepat setelah puncak musim hujan, selama bulan September hingga Oktober. Selama bulan-bulan ini, sebagian besar badan air di Assam dan negara bagian terdekat kebanjiran, dan burung kehilangan sarangnya. Jadi, mereka mulai bermigrasi ke tempat lain, dan Jatinga kebetulan termasuk dalam jalur migrasi mereka.
Seperti dikutip dari Owlcation, Ali dan Gee mencatat, saat bermigrasi melalui Jatinga, sesuatu yang aneh terjadi pada burung. Kawanan besar akan terbang langsung menabrak tembok desa, bangunan, bahkan pohon sehingga langsung membunuh mereka.
Sedihnya, lebih dari 44 spesies burung lokal dan migran termasuk dalam kawanan yang mati ini, antara lain Pahit Harimau, Kuntul Kecil, Pahit Hitam, Bangau Kolam, Pittas India, dan Kingfishers.
Fenomena ini secara konsisten terjadi dari jam 7 malam hingga jam 10 malam. Anehnya, di siang hari, semuanya berjalan normal. Yang lebih membingungkan lagi adalah sebagian besar spesies burung ini bersifat diurnal atau tidak terbang di malam hari.
Mistis Roh Jahat
Penduduk Jatinga meyakini fenomena ini adalah perbuatan roh jahat yang meneror burung dan memaksa mereka bunuh diri. Ada yang mengatakan burung itu sendiri adalah setan yang berniat mengganggu mereka.
Meski kedengarannya mengerikan, penduduk desa bahkan ada yang menangkap burung dengan tiang bambu dan memukuli mereka sampai mati. Saat ini, aktivis perlindungan satwa liar dan burung di India telah mengunjungi desa tersebut untuk memberi pemahaman dan membujuk penduduk setempat agar berhenti membunuh burung.
Terlepas dari nasib yang tampaknya menanti burung-burung yang bermigrasi setiap tahun, tetap selalu ada burung yang terbang di atas di atas area kecil seluas 1.500 kali 200 meter di Jatinga, dan mereka akan menemui ajal di sana. Karenanya, sebutan lain untuk lembah ini adalah 'Segitiga Bermuda kematian burung'.
Teori Ilmiah Bunuh Diri Burung
Berbagai ahli burung telah mengunjungi Jatinga untuk mempelajari perilaku aneh burung tersebut, dan mereka telah mengajukan beberapa teori untuk menjelaskannya:
1. Penduduk desa Membunuh Burung untuk Makanan
Teori pertama, beberapa ahli burung menolak teori 'bunuh diri burung', mengklaim bahwa penduduk desa sendiri yang membunuh semua burung untuk dimakan. Menurut mereka, suku setempat memikat burung dengan menggunakan lampu atau lampion buatan lalu membunuhnya dengan batang bambu.
Ahli ornitologi Assam yang paling terkenal, Anwaruddin Choudhury, yang telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari fenomena ini, mendukung teori ini dengan mengatakan bahwa burung remaja tertarik pada cahaya dan karenanya menjadi mangsa penduduk desa.
Namun, teori tersebut tidak dapat menjelaskan mengapa burung hanya tertarik pada cahaya di antara bulan September hingga Oktober dan hanya pada kondisi cuaca tertentu.
2. Kondisi Geografi dan Cuaca
Teori lain menjelaskan fenomena tersebut dari segi angin kencang dan ketinggian perbukitan sekitar Jatinga. Menurut teori ini, kombinasi ketinggian, angin kencang, dan kabut yang dialami selama bulan-bulan ini menyebabkan disorientasi pada burung, dan memicu mereka membenturkan diri ke bangunan dan tembok hingga mati.
3. Kekuatan Bumi Sebabkan Disorientasi Burung
Teori lain mengklaim bahwa cuaca yang tidak biasa selama bulan-bulan ini mengubah sifat magnetik di air bawah tanah, menciptakan disorientasi pada burung dan menyebabkan perilaku aneh mereka.
Namun, belum ada satu pun dari teori-teori ini yang dapat sepenuhnya menjelaskan perilaku aneh burung tersebut. Apapun kebenarannya, sulit untuk mengabaikan bahwa ada fenomena aneh tentang langit di atas desa Jatinga, yang membuat ilmuwan kebingungan.
(rns/rns)