Kalau Teori Evolusi Darwin Benar, Kok Masih Ada Monyet?
Hide Ads

Kalau Teori Evolusi Darwin Benar, Kok Masih Ada Monyet?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Jumat, 07 Jul 2023 12:31 WIB
Teori evolusi Darwin menyebutkan manusia berevolusi dari spesies kera.
Teori evolusi Charles Darwin menyebutkan manusia berevolusi dari spesies kera. Foto: Ernst Haeckel/Wellcome Collection/Public Domain
Jakarta -

Teori evolusi Darwin menyebutkan manusia berevolusi dari spesies kera. Sebagian orang sepaham dengan pemikirannya, sebagian lagi menentang.

Lalu muncul pertanyaan, jika teori Darwin benar, mengapa masih ada monyet yang berkeliaran di dunia saat ini? Mengapa juga tidak ada wujud setengah manusia setengah monyet?

Melansir IFL Science, Jumat (7/7/2023) berdasarkan teori Darwin ini, cabang manusia telah dipisahkan dari simpanse selama jutaan tahun. Kita tidak berevolusi langsung dari simpanse ke jalur linier.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaliknya, teori Darwin mencetuskan manusia dan simpanse berevolusi dari nenek moyang yang sama yang hidup sekitar 6-7 juta tahun yang lalu. Leluhur yang sekarang sudah punah ini perlahan berevolusi dari waktu ke waktu sebagai respons terhadap tekanan yang berbeda dan akhirnya memunculkan dua spesies yang kita definisikan sebagai Homo sapiens dan simpanse.

Nah, sisa-sisa fisik konklusif dari leluhur tidak pernah digali karena catatan fosil tidak merata. Namun, para pendukung teori Darwin yakin bahwa sebenarnya pasti ada sisa-sisa fisik tersebut. Fakta menariknya, manusia dan simpanse ternyata berbagi 98,8% DNA.

ADVERTISEMENT

Simpelnya, detikers bisa melihat percabangan di bawah ini:

Pohon kehidupan terdiri dari cabang-cabang bercabang yang terpisah satu sama lain.Pohon kehidupan terdiri dari cabang-cabang bercabang yang terpisah satu sama lain. Foto: Armin Kübelbeck, via Wikimedia Commons

"Tidak ada yang akan bertanya, 'Jika Anda berevolusi dari sepupu Anda, mengapa sepupu Anda masih di sini?' Pertanyaan 'Jika manusia berevolusi dari monyet, mengapa masih ada monyet?' juga tidak masuk akal bagi seorang ahli biologi evolusi," ujar William Eric Meikle dan Eugenie C Scott dalam makalah tahun 2010 yang diterbitkan dalam jurnal Evolution: Education and Outreach.




(ask/fay)