Amerika Buka-bukaan Soal UFO, Indonesia Mesti Bagaimana?
Hide Ads

Kolom Telematika

Amerika Buka-bukaan Soal UFO, Indonesia Mesti Bagaimana?

- detikInet
Senin, 03 Jul 2023 11:15 WIB
Anugerah Sentot Sudono
Anugerah Sentot Sudono
Anugerah Sentot Sudono adalah Wakil Ketua BETA UFO Indonesia dan juga seorang Learning Development Manager di sebuah IT Training Center
Pentagon merilis video penampakan misterius UFO atau Unidentified Aerial Phenomena (UAP). Video tersebut ditunjukkan dalam sidang publik di Kongres Amerika Serikat.
Foto: Reuters
Jakarta -

Kenneth Arnold adalah orang yang pertama kali menciptakan istilah 'Piring Terbang' (Flying Saucer), setelah melihat objek-objek terbang yang tidak dikenalinya, melewati pegunungan Rainer, Amerika Serikat pada tahun 1947. Istilah itu kemudian diganti dengan UFO (Unidentified Flying Object) oleh Kapten Edward James Ruppelt, Kepala Project Blue Book dari Angkatan Udara Amerika Serikat.

Project Blue Book adalah sebuah usaha dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 1952, untuk meneliti fenomena UFO. Dari data penampakan UFO antara tahun 1947, sampai 1969, dari 12.618 penampakan UFO, hanya 701 yang tidak bisa diidentifikasi. Ini berarti ada sekitar 5,5% penampakan UFO yang tidak bisa diidentifikasi oleh Project Blue Book.

David Fravor yang pernah bertugas sebagai komandan skuadron F-18 di Angkatan Laut Amerika Serikat, memberikan kesaksian pada sebuah episode dalam acara History Channel: Unidentified (2019), bahwa pada tahun 2004, di atas Samudera Pasifik, armada kapal induk Nimitz menjadi saksi penampakan UFO Tic Tac. Penampakan tersebut dilihat oleh 4 penerbang Angkatan Laut, dideteksi oleh radar kapal USS Princeton, dan pesawat E2C Hawkeye, terdeteksi oleh sensor infra merah pesawat F-18, dideteksi oleh sonar kapal selam USS Lousville, dan diperkuat oleh sekitar 22 saksi. Namun demikian, bukti yang sampai ke publik hanyalah video sensor infra merah dengan resolusi rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapten Ryan Graves, yang pada waktu itu masih aktif bertugas di Angkatan Laut Amerika Serikat, memberikan kesaksian pada sebuah episode dalam acara History Channel: Unidentified (2019), bahwa pada tahun 2015, di atas Samudera Atlantik, armada kapal induk Theodore Roosevelt menjadi saksi penampakan UFO Gofast dan UFO Gimbal, yang direkam oleh sebuah pesawat tempur militer F-18. Kapten Ryan Graves kemudian memberikan informasi tambahan, bahwa pada periode itu, sekitar 70 personel militer Angkatan Laut Amerika Serikat hampir setiap hari melihat penampakan UFO. Bukti yang sampai ke publik untuk penampakan UFO Gofast dan UFO Gimbal adalah dua buah video sensor infra merah dengan resolusi rendah.

Pada tahun 2007, berdasarkan desakan Senator Harry Reid, dibentuklah Advanced Aerospace Weapon Systems Applications Program (AAWSAP), untuk meneliti fenomena UAP (Unidentified Aerial Phenomena). Perubahan istilah dari UFO menjadi UAP, kemungkinan untuk menghindari stigma negatif yang selama ini melekat dalam kisah penampakan UFO. AAWSAP kemudian berubah menjadi AATIP (Advanced Aerospace Threat Identification Program).

ADVERTISEMENT

Pada tahun 2012, dibentuk UAPTF (Unidentified Aerial Phenomena Task Force) untuk menggantikan tugas AATIP. Pada tanggal 24 April, 2019, Angkatan Laut Amerika Serikat mengeluarkan pedoman pelaporan penampakan UFO untuk para pilot.

Pada bulan Juli 2019, selama 3 hari (14-16 Juli 2013), 5 kapal (dari armada kapal induk Nimitz dan Theodore Roosevelt) Angkatan Laut AS mendeteksi penampakan Drone Tak Dikenal, di tengah Samudera Pasifik. Ada beberapa bukti dari kasus ini antara lain Ship Log dari ke 5 kapal tersebut, 1 Foto dari USS Hamilton, 1 video dari USS Russel, dan 3 video dari USS Omaha.

Pada tanggal 18 September 2019, Angkatan Laut Amerika Serikat Serikat mengakui keberadaan 3 buah Video UFO (Tic Tac, Gofast, Gimbal). Pada tanggal 27 April 2020, Departemen Pertahanan dan Keamanan Amerika Serikat mengakui keberadaan 3 buah Video UFO (Tic Tac, Gofast, Gimbal) yang diambil oleh Angkatan Laut AS. Pada tanggal 17 Juni, 2020, Intelligence Authorization Act (2021) meminta laporan fenomena penampakan UAP dari Direktorat Intelijen Nasional AS, minimal dalam waktu 180 hari.

Pada tanggal 25 Juni, 2021, Direktorat Intelijen Nasional AS mengeluarkan Laporan Awal Analisa UAP (Preliminary Assessement : UAP). Pada laporan ini disebutkan bahwa dalam 80 kasus, UAP dideteksi oleh banyak sensor. Kemudian pada sekitar 18 kasus, teramati pola-pola pergerakan dan karakteristik yang tidak biasa.
Pada tanggal 20 Juli, 2022, Departemen Pertahanan dan Keamanan AS membentuk AARO (All-domain Anomaly Resolution Office ), yang bertugas meneliti fenomena UAP (Unidentified Anomalous Phenomena). Kata Aerial sudah diganti dengan Anomalous, karena fenomena UAP ini bisa terjadi di dalam laut, udara dan di luar angkasa. Pada tanggal 9 Juni, 2022, badan antariksa Amerika NASA membentuk tim untuk meneliti fenomena UAP.

Pada tanggal 30 Agustus, 2022, AARO menyatakan bahwa dari 510 laporan penampakan UAP, ada 171 kasus yang belum bisa diidentifikasi. Pada tanggal 31 Mei, 2023, Tim Peneliti UAP NASA mengadakan telekonferensi yang bisa disaksikan public secara online.

Pada tanggal 5 Juni, 2023, David Grusch memberikan kesaksian dalam sebuah artikel yang dimuat oleh media online TheDebrief. David Grusch adalah mantan personil militer AS yang pernah bertugas di Afghanistan, National Geospatial-Intelligence Agency (NGA), dan National Reconnaissance Office (NRO). Dia juga pernah ikut dalam tim gabungan kerjasama UAPTF. Pada tanggal 11 Juni, 2023, David Grusch memberikan kesaksian secara online dalam media NewsNation. David Grusch memberikan pernyataan bahwa Amerika Serikat mempunyai material UFO dan Non Human Intelligence (NHI).

Anggota Kongres Matt Gaetz dan Tim Burchett mengkonfirmasi pernyataan David Grusch. Mereka menyatakan pernah mengikuti pertemuan rahasia dengan militer AS, yang menampilkan teknologi UFO/ARV(Alien Reproduction Vehicle).

Pada tanggal 9 Juni, 2023, mantan marinir AS Michael Herrera bersaksi dalam media DailyMail, bahwa pada bulan Oktober 2009, dia bersama 5 temannya melihat sebuah UFO/ARV (Alien Reproduction Vehicle) yang sedang dimuati senjata (Weapon Trafficking) di daerah Sumatra Barat, Indonesia.

Pada tanggal 12 Juni 2023, Dr Steven Greer mengadakan acara online Disclosure 2.0. yang bisa dilihat publik melalui YouTube. Dalam acara itu, Greer menyatakan keberadaan pangkalan-pangkalan UFO rahasia kepunyaan AS, salah satunya ada di daerah Sumatra Barat, Indonesia. Michael Herrera juga menambahkan info bahwa UFO/ARV yang dilihatnya di Sumatra Barat, Indonesia pada bulan Oktober 2009, kemungkinan juga digunakan untuk memuat manusia (Human Trafficking).

Melihat semakin transparannya informasi-informasi mengenai UFO/UAP di AS, bagaimana cara kita (di Indonesia) menyikapinya?

Menurut sumber data dari NUFORC (National UFO Research Center), tercatat paling tidak sekitar 138,000 penampakan UFO di seluruh dunia. Menurut sumber data dari BETA UFO Indonesia, tercatat paling tidak sekitar 470 penampakan UFO di seluruh Indonesia. Salah satu kasus penampakan UFO secara massal diceritakan oleh peneliti UFO pertama di Indonesia, Marsekal J Salatun yang juga merupakan pendiri (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Beliau menyatakan bahwa UFO pernah muncul selama seminggu penuh mulai tanggal 18 sampai 24 September 1964, di daerah Jawa Timur di Surabaya, Malang dan Bangkalan. UFO tersebut nampak dengan mata telanjang maupun radar. UFO-UFO itu bahkan sempat ditembaki oleh meriam artileri pertahanan udara kita. Jadi fenomena UFO ini terjadi di seluruh dunia dan di Indonesia.

Mengenai karakteristik UFO/UAP, secara singkat AATIP menjelaskan bahwa, UFO/UAP bisa melesat dengan kecepatan lebih dari 5 kali kecepatan suara, tanpa menimbulkan getaran atau suara, bisa mengubah arah dan kecepatan dengan tiba-tiba, bisa menghilang dari pandangan mata dan radar, serta mempunyai sistem propulsi yang tidak kita kenali (tidak ada sayap, tidak ada baling-baling, tidak ada semburan roket, dsb). Jelas bahwa teknologi UFO merupakan teknologi yang canggih yang mungkin ribuan tahun lebih maju daripada kita.

Karena fenomena UFO/UAP ini nyata, menurut penulis ada 4 cara menyikapinya:

1. Teknologi yang dipunyai UFO adalah nyata dan merupakan teknologi yang sangat canggih. Sebenarnya teknologi ini bisa kita dapatkan. Teknologi tidak harus dibuat, karena teknologi sebenarnya bisa dicari.

β€’ Menurut Silurian Hypothesis yang dibuat oleh Adam Frank (Astronom dari University of Rochester), dan Gavin Schmidt (Direktur Goddard Institute for Space Studies), terdapat kemungkinan bahwa ada peradaban canggih sebelum munculnya peradaban manusia di Bumi. Menurut hasil kesimpulan Technosignature Workshop yang diadakan oleh NASA pada tahun 2018, teknologi canggih kemungkinan bisa ditemukan dari sisa-sisa reruntuhan peradaban di bumi dan di planet-planet lain di tata surya. Berdasarkan pernyataan Tom DeLonge (Pendiri To The Star Academy, sebuah organisasi peneliti UFO) dalam wawancaranya dengan Joe Rogan, dia mendapatkan informasi bahwa ada UFO yang merupakan teknologi peradaban yunani kuno. Menurut pernyataan Bob Lazar (Ilmuwan Fisika yang pernah bekerja di Area 51) dalam wawancaranya dengan Joe Rogan, salah satu UFO yang ada di Area 51, adalah hasil teknologi dari peradaban zaman dahulu. Graham Hancock menyatakan dalam acara Netflix: Ancient Apocalypse. Season 1, Episode 1, bahwa situs Gunung Padang di Indonesia yang berusia sekitar 25 ribu tahun itu, kemungkinan adalah peradaban canggih pada zaman dahulu. Mungkin kita harus melakukan penelitian lagi di situs-situs kuno Indonesia, siapa tahu kita bisa mendapatkan teknologi canggih dari peradaban zaman dahulu?

β€’ Selain itu mungkin kita juga harus mendata kasus-kasus jatuhnya atau keberadaan bangkai UFO di Indonesia, baik yang terjadi di masa kini maupun di masa lampau. Salah satu kasus yang menarik adalah kasus jatuhnya UFO di Pulau Edam (Damar Besar), Kepulauan Seribu, pada tangal 12 April 1997.

2. Ada kemungkinan Amerika Serikat sudah menguasai teknologi UFO/ARV (Alien Reproduction Vehicle). Hal ini sangat membahayakan kedaulatan, pertahanan dan keamanan Indonesia. Karena dengan teknologi canggih tersebut pihak asing (AS) bisa melakukan operasi apapun di negeri kita, tanpa kita mengetahuinya. Mungkin kita harus memperketat pertahanan dan keamanan dengan cara-cara yang baru. Menurut penulis pribadi, teknologi UFO berbasiskan Elektromagnet (EM), mungkin dengan membuat sebuah alat yang bisa memancarkan EM Jamming atau EMP (Electro Magnetic Pulse), kita bisa mengganggu teknologinya, sehingga kita dapat mendeteksinya?

3. Kita harus mempunyai protokol dan hukum undang-undang, untuk mengantisipasi bilamana ada UFO/UAP yang jatuh di Indonesia. Ada 3 faktor yang bisa membahayakan yaitu :

β€’ Nuklir: Karena Teknologi UFO terindikasi berbasis EM (Electro Magnet) dengan energi dan frekuensi yang sangat tinggi, maka ada kemungkinan lokasi tempat jatuhnya UFO akan terpapar radiasi Nuklir.
β€’ Biologi: Ada kemungkinan Alien membawa Mikroorganisme Patogen yang berbahaya bagi manusia bumi.
β€’ Kimia : Ada kemungkinan bocornya zat-zat kimia beracun pada saat jatuhnya UFO

Menurut penulis pribadi, kita bisa mengembangkan Protokol NuBiKa (Nuklir Biologi Kimia) yang sebenarnya sudah dipunyai oleh Korp Zeni TNI Angkatan Darat. Selain itu mungkin harus juga ada hukum undang-undang yang mengatur tentang hal ini. Sebagai perbandingan, AS sudah memasukkan penanganan jatuhnya UFO dan kontak dengan Alien, di manual pemadam kebakaran dan dalam hukum undang-undangnya.

4. Keberadaan Non Human Intelligence (NHI) atau Mahluk Berintelijensi Bukan Manusia adalah nyata. Salah satu hipotesa menyatakan mahluk tersebut berasal dari luar bumi. Ini berarti ada koloni-koloni mahluk hidup di luar bumi. Seharusnya ini meningkatkan wawasan kita menjadi wawasan kosmis. Yaitu kesadaran bahwa kita di planet bumi itu hanya bagian kecil dari alam semesta. Bahwa kita bisa membuat koloni manusia di luar bumi. Dan ada banyak sumber daya lain di luar bumi. Mineral-mineral di luar bumi lebih banyak dan lebih murni. Sebagai contoh Rare Earth Material yang kita gunakan untuk memproduksi barang-barang berteknologi canggih seperti handphone, sangat banyak terdapat di asteroid-asteroid di luar bumi.

Selain itu Industri Manufacturing di luar Bumi dalam kondisi Micro Gravity juga akan banyak menghasilkan inovasi-inovasi baru karena kondisinya yang spesial. Namun selain itu kita juga harus menyadari, bahwa bahaya ancaman benda-benda langit (Near Earth Orbit, NEO) yang setiap saat bisa menghantam bumi akan selalu ada. Kepunahan Dinosaurus pada sekitar 65 juta tahun yang lalu diperkirakan karena hantaman benda langit. Karena itu NASA mengeluarkan biaya sekitar 300 juta US Dollar untuk membangun Planetary Defense Program. Sedangkan Elon Musk yang mempunyai visi Multi Planetary Species, dengan SpaceX nya malah berencana untuk membangun koloni di Planet Mars paling tidak di akhir tahun 2026.

Hendropriyono dalam acara peluncuran buku 'Catatan Merah Dari Putera Bung Karno' (10 April 2021), sempat mengimbau agar bangsa Indonesia juga ikut dalam eksplorasi luar angkasa (Space Exploration). Menurut penulis pribadi, agar bangsa Indonesia bisa ikut dalam eksplorasi luar angkasa, pertama-tama kita harus mempunyai wawasan kosmis, setelah itu kita harus meningkatkan pendidikan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang STEM (Science Technology Engineering Mathematic).

*Anugerah Sentot Sudono adalah Wakil Ketua BETA UFO Indonesia dan juga seorang Learning Development Manager di sebuah IT Training Center.




(fay/fay)