Manusia dengan angkuhnya pernah menganggap Titanic tidak dapat tenggelam. Namun lima hari setelah memulai pelayaran perdananya ke New York, Amerika Serikat pada tahun 1912, kapal pesiar terbesar di dunia itu tenggelam. Sejak itu, pesona Titanic memikat publik dari generasi ke generasi, termasuk para peneliti untuk tahu lebih banyak tentangnya.
"Ini adalah kesempatan untuk menjelajah dan menemukan sesuatu yang benar-benar luar biasa." Itulah slogan yang digunakan OceanGate Expedition dalam mengiklankan paket wisata mengunjungi bangkai kapal Titanic menggunakan kapal selam Titan. Harga wisata ini dibanderol USD 250 ribu (Rp3,7 miliar) per orang. Tentu ini bukan harga yang terjangkau bagi turis biasa, namun bisa diterima oleh wisatawan kaya.
Operasi penyelamatan kapal selam Titan OceanGate di tengah Samudra Atlantik, yang disimpulkan telah meledak, adalah sangat rumit. Perjalanan Titan pada Minggu (18/6) tidak sesuai harapan. Kapal selam ini hilang kontak sekitar 1 jam 45 menit setelah menyelam. Upaya penyelamatan multinasional yang intensif dikerahkan.
Kapal selam yang hilang membawa lima penumpang, termasuk CEO OceanGate sekaligus penemu kapal selam tersebut Stockon Rush, miliarder asal Inggris Hamish Harding, konsultan manajemen Inggris-Pakistan Shahzada Dawood beserta putranya yang berusia 19 tahun.
Seberapa sulit menemukan kapal selam?
Tim penyelamat gabungan sejumlah negara, bekerja terus menerus untuk mencari kapal selam Titan, di permukaan maupun di bawah perairan Samudra Atlantik. Namun upaya untuk menemukan kapal itu sangat luas dan sulit, sebelum akhirnya terlacak dengan robot bawah air.
Menurut laporan penjaga pantai Amerika Serikat, area seukuran satu negara bagian telah difokuskan untuk mencari tanda-tanda kapal muncul ke permukaan, dan pesawat militer serta kapal komersial juga bergabung dalam pencarian ini.
Lokasi hilangnya Titan sangat menantang. Bangkai kapal Titanic terletak di kedalaman sekitar 3.800 meter sehingga kegelapannya nyaris sempurna. Selain itu, tekanan airnya tinggi dan suhu mendekati titik beku.
"Tekniknya bervariasi, tetapi di kedalaman air seperti ini, sistem pencarian sonar harus mengkhususkan diri pada sinar yang sangat sempit tetapi frekuensi yang cukup tinggi untuk menyelesaikan kapal selam kecil," kata Jamie Pringle, ahli geosains forensik di Keele University, Inggris, dikutip dari Deutsche Welle.
"Pencarian pesawat pesepakbola Emiliano Sala beberapa tahun lalu, objek yang serupa ukurannya (dengan kapal selam Titan), membutuhkan waktu kurang dari tiga hari, tetapi itu karena pencarian berlokasi di perairan yang lebih dangkal," Pringle memberikan contoh.
Dalam kasus Titan, hanya ada dua kemungkinan. "Jika, bertentangan dengan ekspektasi, kapal melayang ke permukaan dan tidak dapat ditemukan karena rendahnya freeboard (jarak dari air ke dek atas), kemungkinan untuk ditemukan sangat realistis," demikian perkiraan Angkatan Laut Jerman. "Namun, ini diimbangi dengan fakta bahwa sinyal marabahaya akan dikirim dalam kasus seperti itu," sambung mereka. Mereka juga menambahkan, desain kapal selam tidak memungkinkan mengirimkan oksigen segar dari luar.
Jika kapal selam telah tenggelam ke dasar laut, hal ini akan membuat pencarian dan penyelamatan kapal jauh lebih sulit. Dasar laut jauh lebih terjal daripada di darat. Tim penyelamat harus berhadapan dengan banyak stratifikasi dan landas kontinen, serta arus laut.
Cahaya tidak mudah menembus air, menghalangi sebagian besar komunikasi. "Sayangnya, air laut di bawah permukaan menghalangi perambatan (gelombang elektromagnetik) dengan sangat cepat, tidak ada radar, tidak ada GPS, dan lampu sorot atau sinar laser diserap dalam jarak beberapa meter," kata Eric Fusil, direktur Pusat Pembuatan Kapal untuk Teknik Terpadu di Adelaide University, Australia.
Berapa lama Titan bisa menahan tekanan laut dalam?
Tekanan air 3.800 meter di bawah lokasi bangkai kapal Titanic kira-kira 400 atmosfer (6000 PSI). Sebagai gambaran, tekanan ini kira-kira hampir sama dengan keberadaan 35 gajah di pundak kita. Karenanya, eksplorasi jarak jauh semacam ini membutuhkan kendaraan dan kapal selam yang mampu menahan tekanan dalam jumlah besar dalam jangka waktu yang lama
"Setiap penyelam di kedalaman sangat tahu betapa tak kenal ampunnya dataran abyssal. Menjelajahi bawah laut lebih menantang dibandingkan ke luar angkasa dari perspektif teknik," kata Fusil.
Titan terbuat dari serat karbon dan titanium, bahan yang dapat menahan tekanan hingga kedalaman 4.000 meter. Sementara itu, lambung kapal dirancang untuk melindungi awak dari tekanan air.
Namun, kapal selam penyelamat milik Angkatan Laut berjuang mati-matian di kedalaman dan memiliki jangkauan maksimum 2.250 hingga 3.000 meter. Jika Titan telah tenggelam ke dasar laut dan tidak dapat muncul ke permukaan dengan kekuatannya sendiri, kapal selam Angkatan Laut akan kesulitan menyelamatkannya.
"Bahkan kapal selam bertenaga nuklir terbatas pada kedalaman antara 0-500 meter dan hanya bisa menggunakan sonar mereka (aktif atau pasif) untuk mendeteksi tanda-tanda Titan, tanpa kemungkinan untuk mendekat," kata Fusil.
Menjelajahi kedalaman
Ini bukan ekspedisi laut dalam pertama di mana wisatawan menjelajahi relung terdalam di lautan. Pada tahun 2012, sutradara film kenamaan James Cameron memulai ekspedisi laut dalam ke titik terdalam Bumi di Palung Mariana dengan kapal selam Deepsea Challenger.
Dia mengumpulkan data dan rekaman di kedalaman sekitar 10.900 meter. Pelayarannya di laut dalam terjadi tepat 100 tahun setelah Titanic tenggelam ke dasar samudra. Cameron juga mengunjungi bangkai kapal Titanic dalam pelayaran laut dalam sebelumnya.
Lalu pada tahun 2019, penjelajah Amerika dan investor swasta Victor Vescovo mencetak rekor dunia di Palung Mariana , di mana ia mencapai 10.928 meter, 16 meter lebih dalam dari rekor sebelumnya yang dibuat oleh Don Walsh dan Jacques Piccard pada tahun 1960.
Bersama dengan miliarder Hamish Harding yang saat ini hilang, Vescovo juga mencetak rekor dunia untuk waktu terlama yang dihabiskan di bagian terdalam lautan dalam sekali penyelaman, ketika mereka menghabiskan 4 jam 15 menit melintasi Palung Mariana pada tahun 2021.
Dalam kasus Titan, kapal selam ini juga ditumpangi mantan Kapten Angkatan Laut Prancis Paul-Henri Nargeolet yang sering menyelam ke bangkai kapal Titanic. Beberapa tahun lalu, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Irish Examiner dia berkata, "Di perairan yang dalam, Anda sudah mati sebelum menyadari apa yang sedang terjadi."
Pria berusia 77 tahun itu telah menjadi kepala program penelitian di RMS Titanic/Phoenix International, yang memiliki hak penyelamatan bangkai kapal, sejak 2007. Saat ini, petugas penyelamat masih berupaya mencari lima orang penumpang yang hilang bersama Titan, namun berpacu dengan waktu. "Mari berharap Titan dan penumpangnya dapat kembali dengan selamat ke permukaan," harap Fusil.
Simak Video "Keluarga Korban yang Tewas Akibat Ledakan Kapal Selam Titan Ajukan Gugatan"
(rns/rns)