NASA Deteksi Tanda Kedatangan El Nino dari Luar Angkasa

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 19 Mei 2023 10:10 WIB
Foto: NASA
Jakarta -

NASA telah mengidentifikasi tanda-tanda awal El Nino dari luar angkasa, setelah salah satu satelitnya melihat air hangat di Samudra Pasifik bergerak ke arah timur menuju pantai barat Amerika Selatan pada bulan Maret dan April.

El Nino adalah salah satu fenomena cuaca yang dapat mempengaruhi curah hujan pada suatu wilayah. El Nino juga dapat menyebabkan perubahan pada iklim.

Data dari satelit Sentinel-6 Michael Freilich yang memantau permukaan laut, menunjukkan gelombang Kelvin bergerak melintasi Pasifik. Gelombang laut yang panjang ini tingginya hanya 5-10 cm, tetapi lebarnya ratusan mil. Mereka dianggap sebagai pendahulu El Nino ketika mereka terbentuk di ekuator dan memindahkan lapisan atas air yang hangat ke Pasifik barat.

"Kita akan menyaksikan El Niño ini seperti elang. Jika ini besar, dunia akan mengalami rekor pemanasan," kata Josh Willis, seorang ilmuwan proyek di Sentinel-6 Michael Freilich di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, dikutip dari Live Science.

Seberapa sering El Niño terjadi?

El Niño adalah bagian dari siklus iklim El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Biasanya, angin timur yang berlaku di sepanjang khatulistiwa, yang dikenal sebagai angin pasat, meniupkan air permukaan ke barat melintasi Pasifik, memindahkan air hangat dari Amerika Selatan menuju Asia. Saat air hangat bergerak, air dingin naik menggantikannya.

El Niño terkait dengan melemahnya angin pasat, menyebabkan air hangat terdorong ke timur. Hal ini menyebabkan dampak yang signifikan pada pola cuaca di seluruh dunia.

'Rekannya', La Nina, memiliki efek sebaliknya, dengan angin pasat yang kuat mendorong lebih banyak air hangat ke barat. El Nino biasanya terjadi setiap tiga sampai lima tahun sekali, tetapi dapat terjadi lebih sering atau lebih jarang. El Nino terakhir terjadi pada 2019 dan berlangsung selama enam bulan, antara Februari dan Agustus.

Apakah ini tahun El Nino?

Pada tanggal 11 Mei, perwakilan National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) mengatakan ada 90% kemungkinan El Nino akan melanda tahun ini dan bertahan hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Menurut prediksi NOAA, ada kemungkinan 80% akan terjadi setidaknya El Nino sedang, yakni suhu permukaan laut naik 1 derajat Celcius. Ada kemungkinan 55% terjadi El Nino kuat, dengan suhu naik 1,5 derajat Celcius.

Pernyataan dari JPL yang dirilis 12 Mei mengatakan gambar yang diambil oleh satelit Sentinel-6 antara awal Maret hingga akhir April menunjukkan gelombang Kelvin menggerakkan air hangat ke timur, menyatukannya di lepas pantai Kolombia, Ekuador, dan Peru.

"Gelombang laut mengeluarkan panas di sekitar planet kita, membawa panas dan kelembapan ke pantai kita dan mengubah cuaca," kata Nadya Vinogradova Shiffer, ilmuwan dan manajer program NASA untuk Sentinel-6 Michael Freilich.

NOAA dan NASA akan terus memantau kondisi di Pasifik selama beberapa bulan mendatang untuk menentukan apakah dan kapan El Nino akan melanda dan seberapa kuatnya.

Pada bulan April, para ilmuwan mencatat suhu permukaan laut tertinggi yang pernah ada, dengan rata-rata global mencapai 21,1 derajat Celcius. Rekor ini mencerminkan dampak perubahan iklim dan La Nina terakhir yang akan segera berakhir.

"Sekarang La Nina telah berakhir dan Pasifik tropis, yang merupakan lautan luas yang sangat luas, sedang memanas," sebut Michael McPhaden, ahli kelautan di NOAA Pacific Marine Environmental Laboratory.



Simak Video "Video: Trump Berencana Potong Anggaran NASA, Sejumlah Misi Terancam Batal"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork