Krisis demografi Korea Selatan semakin parah setelah data terbaru menunjukkan jumlah bayi yang lahir tahun lalu mencapai rekor terendah. Menurut Statistik Korea, 249.000 bayi lahir di 2022, turun 4,4% dari 2021. Hal ini menjadikan Korsel negara dengan angka kelahiran terendah di dunia.
Seperti dikutip detikINET dari CGTN, Populasi yang menua dengan cepat menimbulkan tantangan ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi banyak negara Asia, tak terkecuali Korsel. Populasinya menyusut selama tiga tahun terakhir.
Tengok Kang Junghwa, seorang pemilik kedai kopi di iklim bisnis Korsel yang sangat kompetitif. "Sulit memutuskan apakah punya anak atau bekerja, tapi saya pikir lebih mudah bekerja daripada punya anak," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kang Junghwa tak sendiri. Populasi Korsel menyusut pada tahun 2022 untuk tahun ketiga berturut-turut, karena kematian terus melebihi kelahiran. Jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang wanita Korea sekarang 0,79%, jauh lebih rendah dari tingkat penggantian 2,1% yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi stabil.
"Pada tahun 2050, hampir 40% orang Korea akan berumur 65 tahun ke atas. Itu berarti kaum muda harus bekerja dua kali atau mungkin tiga kali lebih banyak untuk mendukung generasi yang lebih tua, dan itu akan membuat ekonomi merosot," cetus Kim Bowon, profesor di Korea Advanced Institute of Science and Technology.
"Kecuali jika kita membalikkan skenario pesimistis ini dengan segera, maka ekonomi Korea akan turun dengan sangat cepat," tambahnya.
Pemerintah Korsel bukannya tinggal diam, namun upaya mereka belum begitu berhasil. "Memang benar bahwa sejauh ini banyak investasi keuangan telah dilakukan untuk merespons rendahnya tingkat kelahiran, tapi meski ada investasi signifikan, tingkat kelahiran secara keseluruhan di Korea terus menurun," kata Lee Heegon, direktur Population Policy Division di Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea.
Baca juga: 10 Negara dengan Tingkat Kelahiran Rendah |
(fyk/afr)