Spesies yang punah selalu memunculkan banyak pemikiran. Ketika manusia berhasil menemukan tulang dan bukti-bukti keberadaan spesies, mereka akan mencoba merekonstruksi bagaimana rupa makhluk ini, dan menulis cerita tentang seperti apa mereka jika mereka hidup kembali.
Seperti di film Jurassic Park, para ilmuwan bermimpi bisa menemukan spesies purba. Beberapa tahun belakangan, dengan makin canggihnya perkembangan bioteknologi, menghidupkan kembali hewan yang sudah punah bukan lagi sekadar impian para penulis cerita fiksi ilmiah.
Saat ini, sejumlah perusahaan bioteknologi, salah satunya Colossal Biosciences, bekerja keras untuk mencoba dan menghidupkan kembali spesies yang punah. Hewan punah yang ingin mereka hidupkan pun hanya hanya satu, tetapi beberapa spesies, yaitu mammoth berbulu, harimau Tasmania, dan burung dodo. Mengapa mereka melakukannya?
"Apakah ini hanya keangkuhan umat manusia mencoba membuktikan bahwa bahkan kepunahan bukanlah halangan? Atau ada manfaat tambahan?," tanya Sam Westreich, ilmuwan microbiome dalam tulisannya yang dikutip dari News Break.
"Pertama, kita harus memahami bahwa meskipun film Jurassic Park dibuat untuk hiburan yang luar biasa, film tersebut bukanlah cerita yang akurat tentang genetika untuk memulihkan spesies yang punah," ujarnya.
Pertama, lanjut Sam, ilmuwan perlu mendapatkan DNA dari spesies yang punah. Colossal Biosciences menargetkan mammoth berbulu dan harimau Tasmania karena hewan ini terbilang masih 'baru' punah, dalam istilah evolusi.
Sebagian besar mammoth berbulu mati sekitar 10.500 tahun yang lalu, pada akhir Zaman Es terakhir. Beberapa spesies kerdil bertahan hingga sekitar 4.000 tahun yang lalu, tetapi genetika mereka menunjukkan bahwa mereka ditakdirkan untuk punah dan berjuang karena perkawinan sedarah. Harimau Tasmania masih bertahan sampai tahun 1936, ketika akhirnya spesimen terakhir mati di penangkaran.
Proses Membangkitkan Kembali Hewan Punah
"DNA memiliki waktu paruh sekitar 521 tahun. Waktu paruh adalah berapa lama, rata-rata, yang dibutuhkan setengah dari suatu zat untuk membusuk atau terdegradasi. Jika Anda memiliki sepotong DNA, sekitar setengah dari ikatan nukleotida akan putus dan tidak terbaca setelah lima abad," jelasnya.
Namun bahkan setelah mendapatkan DNA-nya, ilmuwan tidak bisa begitu saja mengeluarkan mammoth berbulu entah dari mana. Dibutuhkan kerabat dekat dari spesies yang punah itu, yang dapat menjadi basis awal untuk memodifikasinya.
Yang membuat masalah menjadi lebih rumit adalah kenyataan bahwa DNA bukan satu-satunya komponen untuk menumbuhkan mammoth. Sekalipun bayi hewan lahir dengan DNA wooly mammoth, ia mungkin tidak sama dengan mammoth 'sejati', karena ia menerima input janin dari gajah modern.
Colossal telah mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk menggunakan gajah Afrika sebagai ibu pengganti untuk embrio faux-mammoth yang telah diedit gennya. Gajah Afrika lebih besar dan tidak terancam punah dibandingkan gajah Asia yang secara teknis merupakan leluhur terdekat mammoth, membuatnya sedikit lebih mudah dari sudut pandang logistik.
Dampak terhadap ekosistem
Memperkenalkan kembali mammoth dan harimau Tasmania dapat mengganggu ekosistem yang ada. Sejak hewan-hewan ini punah, yang lain akan berevolusi dan beradaptasi untuk mengisi tempatnya. Akankah organisme ini menderita sebagai akibatnya?
Berkat perubahan iklim, lingkungan yang pernah ditinggali makhluk ini mungkin telah berubah secara drastis. Beberapa tanaman yang dimakan mammoth berbulu juga sudah lama hilang. Akankah mammoth masih bisa bertahan hidup sendiri di alam liar, dan jika tidak, siapa yang akan merawatnya? Apakah mereka akan berakhir sebagai hewan yang menghuni kebun binatang?
Harimau Tasmania juga memainkan peran penting dalam ekosistem karena ia merupakan predator puncak sehingga ia duduk tepat di puncak rantai makanan. Tidak ada predator puncak marsupial lainnya selain harimau Tasmania, sehingga ketika punah, ia meninggalkan celah yang sangat besar.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa upaya untuk mengembalikan spesies yang telah lama hilang dapat mengurangi upaya konservasi untuk menyelamatkan hewan yang ada dan bahkan meningkatkan risiko hilangnya keanekaragaman hayati.
Simak Video "Rencana Samsung Investasikan 450 T Won untuk Industri Biosains-Chip"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)