Awan Putih Misterius Terus Bermunculan di Wilayah Ini

Awan Putih Misterius Terus Bermunculan di Wilayah Ini

ADVERTISEMENT

Awan Putih Misterius Terus Bermunculan di Wilayah Ini

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 30 Jan 2023 08:13 WIB
Peristiwa kapur sirih di Bahama
Awan Putih Misterius Terus Bermunculan di Wilayah Ini. Foto: NASA Earth Observatory/USGS
Jakarta -

Sepotong lautan yang terjepit di antara kepulauan Florida dan Bahama adalah salah satu lingkungan laut yang paling banyak dipelajari di dunia, sekaligus merupakan pusat misteri geologis yang abadi.

Setidaknya sejak tahun 1930-an, para ilmuwan di wilayah tersebut menemukan awan putih aneh yang mengepul muncul dari permukaan air berwarna pirus yang tampak tenang.

Fenomena aneh ini disebut whiting event atau peristiwa kapur sirih, dan para ilmuwan masih belum mengerti mengapa hal itu terjadi di Bahama. Hal ini menjadi misteri yang berusaha dipecahkan para peneliti di University of South Florida (USF).

Petak-petak lautan berwarna terang yang membingungkan kadang-kadang terlihat di lautan dan danau lain di seluruh dunia. Tetapi di Bahama, petak-petak ini muncul lebih sering dari biasanya.

Pengambilan sampel langsung dari air keruh menunjukkan, lingkungan ini mengandung konsentrasi tinggi partikel kaya karbonat.

Sebagian besar kepulauan Bahama terletak di platform karbonat terendam yang dikenal sebagai Bahama Banks. Apakah ini berarti sedimen naik ke permukaan? Atau mungkinkah pembungaan fitoplankton sebenarnya menghasilkan bahan yang tersuspensi?

Tidak ada yang tahu jawaban atas pertanyaan tersebut, namun para ilmuwan di USF bertekad untuk mencari tahu. Mereka telah menggunakan gambar satelit dari NASA untuk menunjukkan bagaimana peristiwa kapur sirih surut dan mengalir di Bahama.

Tim peneliti tidak tahu apakah tren yang mereka identifikasi terjadi secara alami atau disebabkan oleh manusia. Namun yang mereka tahu, dari tahun 2003 hingga 2020, ukuran peristiwa kapur sirih ini tampaknya berkorelasi dengan musim.

Peristiwa kapur sirih di BahamaPeristiwa kapur sirih di Bahama. Foto: NASA Earth Observatory/USGS

'Tambalan' terbesar terjadi dari Maret hingga Mei dan Oktober hingga Desember. Rata-rata, bercak putih berukuran sekitar 2,4 kilometer persegi. Pada hari ketika langit cerah, citra satelit biasanya memotret sekitar 24 di antaranya, meliputi area seluas 32 kilometer persegi.

Namun, antara tahun 2011 hingga 2015, ukuran tambalan tiba-tiba membengkak, menutupi lebih dari 200 kilometer persegi lautan pada puncaknya. Namun, pada tahun 2019, tambalan tersebut menyusut lagi, meskipun tidak pernah sekecil sebelumnya.

Temuan menunjukkan, siklus 10 tahun mungkin berperan dalam hal ini. Tapi siklus apa sebenarnya? Hal itu pun masih menjadi misteri.

"Saya berharap bisa memberi tahu Anda mengapa kami bisa melihat puncak aktivitas itu, tetapi kami belum sampai di sana," kata ahli kelautan USF Chuanmin Hu.

"Kami memang melihat beberapa hubungan yang menarik antara kondisi lingkungan, seperti pH, salinitas air, dan perilaku angin dan arus, tetapi kami belum dapat mengatakan proses mekanis, biologis, atau kimia apa yang bertanggung jawab atas puncak tersebut dalam aktivitas ini," ujarnya.

Diperlukan lebih banyak eksperimen lapangan langsung, dan tidak hanya di Bahama. Membandingkan peristiwa kapur sirih di wilayah lain dapat membantu para ilmuwan mengetahui kesamaan fitur yang mereka miliki.

Peneliti USF menguji model mereka pada peristiwa kapur sirih di Great Lakes dan cukup berhasil. Namun sekarang, penelitian ini perlu mendukung pola tersebut di tanah, atau lebih tepatnya, di air.

Beberapa penelitian, misalnya, menunjukkan bahwa peristiwa kapur sirih lebih banyak terjadi di tempat-tempat dengan sedimen berlumpur.

Selain itu, bisa jadi beberapa kondisi lautan mendukung suspensi sedimen dan kalsium karbonat di kolom air. Seperti disebutkan sebelumnya, data satelit baru-baru ini menunjukkan bercak putih di Bahama lebih umum terjadi pada musim semi dan musim dingin, dan ini adalah saat arus Florida yang mengalir dari utara ke selatan beralih. Tanpa bukti lebih lanjut, semua teori ini akan tetap seperti itu.



Simak Video "Peneliti Ini Viral Usai Ramal Gempa Turki 3 Hari Sebelum Kejadian"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT