Teknologi analisis DNA berhasil mengungkap kasus pembunuhan kejam 4 mahasiswa University of Idaho. Penangkapan tersangka berlangsung dramatis melibatkan tim SWAT yang berkekuatan penuh.

Tim SWAT (special weapons and tactics) adalah unit khusus kepolisian yang dikerahkan dalam situasi-situasi berbahaya. Keterlibatan mereka dalam penangkapan terduga pelaku, Bryan Kohberger, menandakan ia dipandang berisiko tinggi.

Seperti diberitakan, dokumen pengadilan menunjukkan kerja keras yang dilakukan penyelidik, yang menganalisis DNA yang ditemukan di sarung pisau di TKP dengan DNA ayah Kohberger, punya kecocokan 99,9998 persen. DNA sang ayah didapat dari benda di tempat sampah rumahnya yang diambil oleh agen FBI.

Bukti DNA itu dianggap sangat meyakinkan. Tim SWAT kemudian bergerak ke lokasi Kohberger, yakni di rumah orang tuanya di Pennsylvania, segera setelah surat perintah diperoleh. Pada akhir Desember kemarin saat subuh, tanpa basa-basi apalagi permisi, mereka mendobrak pintu dan jendela dalam misi yang disebut 'dynamic entry'.

Seperti dikutip detikINET dari Daily Mail, sumber terkait menyebut bahwa itu adalah taktik langka dari SWAT yang hanya digunakan dalam kasus di mana tersangka ini dianggap 'berisiko tinggi'.

Polisi Negara Bagian Pennsylvania Mayor Christopher Paris mengatakan dalam konferensi pers pekan lalu bahwa kekuatan paksa digunakan untuk mendapatkan akses ke rumah keluarga Kohberger ketika penggerebekan dini hari.

"Ada banyak jendela yang rusak untuk mendapatkan akses, serta juga banyak pintu rusak," kata Paris, menambahkan bahwa orang tua Bryan Kohberger ada di rumah saat itu.

Setelah Kohberger diringkus, catatan penerbangan menunjukkan sebuah pesawat polisi Pennsylvania mengitari rumah itu selama berjam-jam. Tujuannya tidak diketahui, mungkin untuk pengawasan.