Dua tahun lalu, pesawat ruang angkasa Jepang Hayabusa-2 mengirimkan kargo khusus ke Bumi. Isinya, sampel material yang dikumpulkan di asteroid Ryugu. Analisis beberapa gram tanah yang berharga dari permukaan dan bawah permukaan asteroid tersebut telah mengungkap wawasan baru tentang masa lalu planet kita dan seluruh Tata Surya.
Tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Dr Marine Paquet dan Dr FrΓ©dΓ©ric Moynier, di Institut de Physique du Globe de Paris, mempelajari komposisi sampel tersebut. Mereka sangat tertarik dengan tanda isotop seng dan tembaga.
Setiap elemen kimia hadir dalam berbagai versi tergantung pada jumlah neutron di intinya. Komposisi ini tidak mengubah sifat kimianya, tetapi mengubah sifat fisiknya karena isotop memiliki massa yang berbeda. Beberapa isotop bersifat tidak stabil sehingga membusuk setelah beberapa saat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari IFL Science, rasio isotop menjadi semacam sidik jari kimia untuk bahan-bahan yang ditemukan. Ketika sampai pada sampel asteroid dan meteorit, informasi ini tidak hanya memberi tahu kita tentang komposisi saat ini tetapi juga memberi tahu kita bagaimana benda-benda ini terbentuk.
Dalam kasus asteroid Ryugu, tim mengonfirmasi bahwa tanda isotop tembaga dan seng membuatnya mirip dengan meteorit Ivuna, sesuatu yang diajukan sebelum penemuan asam amino dalam sampel diumumkan.
Meteorit Ivuna jatuh di Tanzania pada 16 Desember 1938, dan merupakan bagian dari kelompok CI chondrites karbon. Hanya ada sembilan meteorit Ivuna di dunia, menjadikannya salah satu jenis meteorit yang paling langka. Meteorit Ivuna diyakini telah terbentuk di Tata Surya bagian luar dan akhirnya bermigrasi ke dalam.
Ryugu menunjukkan kesamaan komposisi dengan chondrites karbon lainnya, jadi para peneliti bertanya-tanya apakah jenis lain mungkin lebih cocok.
Seng dan tembaga adalah tempat di mana mereka berbeda, dan untuk alasan ini, para ilmuwan memilih unsur-unsur tersebut untuk membuat tes yang mengkonfirmasikan hubungan ke kondrit CI. Jejak seng juga dapat digunakan untuk pengukuran lain yang berdampak pada sejarah planet kita.
Bahan-bahan dari asteroid Ryugu dapat dianggap murni dalam menentukan komposisi Tata Surya awal. Meteorit dari asteroid yang terbentuk lebih dekat ke Matahari, memiliki nilai yang berbeda dari Ryugu. Berbekal itu, para peneliti dapat memperkirakan bahwa asteroid yang mirip dengan Ryugu pastilah menyumbang sekitar 6% dari massa Bumi.
(rns/fyk)