Gunung berapi jadi pemandangan yang menarik bagi mata. Di balik keindahannya, gunung berapi juga mematikan ketika ia meletus. Salah satu planet bahkan berubah menjadi seperti neraka akibat gunung berapi.
Ketika jumlahnya cukup banyak dan letusannya begitu kuat dan berkepanjangan, gunung berapi dapat membunuh planet yang menampung mereka.
Venus zaman sekarang yang kita tahu adalah planet dengan pemandangan 'neraka' yang terik. Suhu planet ini di atas 464 derajat celcius, sangat panas sehingga bisa melelehkan timah dan pesawat ruang angkasa yang melewatinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu sebabnya, dari semua misi yang dikirim Rusia ke permukaan planet, hanya empat yang berhasil mengirimkan gambar sebelum dengan cepat mengalah pada kondisi ekstrem di Venus.
Namun Venus zaman sekarang mungkin sangat berbeda dari Venus kuno. Beberapa penelitian menunjukkan, Venus purba memiliki atmosfer yang mirip dengan Bumi purba.
Planet ini mungkin juga memiliki sejumlah besar air di permukaannya. Mungkin saja kehidupan sederhana pernah ada di Venus, tetapi belum ada cukup bukti untuk membuktikan atau menyangkalnya.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa letusan gunung berapi besar dalam jangka waktu yang lama mungkin bertanggung jawab mengubah planet ini menjadi seperti sekarang. Jika ada kehidupan sederhana di Venus kuno, aktivitas vulkanisme adalah kehancurannya.
Studi ini juga menunjukkan bagaimana aktivitas vulkanik yang kuat berperan dalam membentuk kelayakhunian Bumi dan bagaimana Bumi menghindari nasib yang sama seperti Venus.
Penelitian ini berjudul "Large-scale Volcanism and the Heat Death of Terrestrial Worlds" dan diterbitkan di The Planetary Journal. Dr. Michael J. Way dari Institut Goddard NASA adalah penulis utamanya. Ia telah meneliti Venus selama bertahun-tahun.
"Dengan memahami catatan wilayah-wilayah beku besar di Bumi dan Venus, kita dapat menentukan apakah peristiwa-peristiwa ini menyebabkan kondisi Venus saat ini," kata Way seperti dikutip dari Science Alert.
Bumi telah mengalami periode letusan gunung berapi yang berkepanjangan dalam sejarahnya. Large Igneous Provinces (LIP) adalah bukti periode yang dapat berlangsung ratusan ribu tahun bahkan mungkin jutaan tahun.
Di Bumi, kita mengetahui banyak LIP, dan kita tahu bahwa dalam 500 juta tahun terakhir, mereka bertepatan dengan periode perubahan iklim dan kepunahan massal.
Studi tersebut menunjukkan bahwa Venus mengalami ledakan vulkanik besar-besaran yang menciptakan atmosfer Venus masa sekarang, dengan suhu dan tekanannya yang ekstrem. Lebih khusus lagi, dikatakan bahwa ledakan hebat dalam periode sesingkat satu juta tahun menciptakan efek rumah kaca yang tak terkendali .
Efek rumah kaca yang tak terkendali adalah ketika atmosfer mencegah panas planet memancar ke luar angkasa. Tanpa ada cara untuk mendinginkan, suhu naik ke tingkat ekstrem, seperti rumah kaca dengan semua ventilasi yang tertutup.
Efek rumah kaca Venus diperparah oleh kurangnya lempeng tektoniknya. Lempeng tektonik Bumi memungkinkan panas dari interior planet mencapai permukaan dengan membuka selimut mantel secara berkala. Ini juga mengeluarkan karbon dioksida dari atmosfer dan menjadi batuan melalui pelapukan dan subduksi.
Venus Punya Gunung Api Terbanyak di Tata Surya
Bumi bukan satu-satunya planet yang punya gunung api. Planet lain juga punya, bahkan Venus yang sering disebut kembaran Bumi, punya gunung api hingga ribuan jumlahnya.
"Di Tata Surya, gunung api terbanyak dimiliki Venus, kemudian Bumi, yang terbesar ada di Mars, sementara di Jupiter, Saturnus dan, Neptunus, yang memiliki gunung api justru bulannya, bukan planetnya sendiri," kata Pakar Vulkanologi ITB Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT dalam live Eureka! Rahasia Gunung Api, beberapa waktu lalu.
Venus sering disebut kembaran Bumi karena ukuran dan strukturnya serupa. Tetapi Venus memiliki panas permukaan yang ekstrem dan atmosfer yang padat dan beracun. Karena itu pula, kondisi dan jumlah gunung api di Bumi dan Venus berbeda.
"Venus jumlah gunung apinya ada 1.600, itulah planet dengan jumlah gunung api terbanyak. Di Bumi yang jumlah gunung apinya 'hanya' 1.500 saja kita sering merasa khawatir dengan segala bencana dan juga manfaatnya," ujar Mirzam.
Berbeda dengan gunung api di Bumi, gunung api di Venus lebih beragam bentuknya, ada yang kerucut hingga seperti perisai. Hal itu dikarenakan gunung di Venus terbentuk dalam tekanan yang sangat tinggi dengan atmosfer yang sangat tebal.
"Dengan komposisi CO2 yang 97% dari atmosfer total, maka membuat awannya panas sehingga kemudian gunung apinya pun seperti pancake. Tekanan yang ada di Venus itu 90 kali tekanan yang ada di Bumi sehingga gunung apinya pasti selalu pipih," sebutnya.
Kehidupan di Bumi memang sangat mengkhawatirkan ketika terjadi aktivitas vulkanik yang kuat dan berkelanjutan. Tapi kondisi ini selalu pulih, dan gunung berapi tidak pernah menyebabkan efek rumah kaca tak terkendali. Sementara Venus, menderita efek tersebut sampai hari ini. Apa bedanya?
Skala letusan ada hubungannya dengan itu. Permukaan Venus 80 persen tertutup batuan vulkanik yang mengeras. Belerang di atmosfer juga merupakan bukti aktivitas vulkanik yang nyata. Dan permukaan Venus memiliki lebih sedikit kawah dari yang diperkirakan, menunjukkan aktivitas vulkanik yang melimpah dalam beberapa ratus juta tahun terakhir.
Tetapi penelitian ini mungkin membuat siapa pun tidak nyaman. Meskipun Bumi telah menghindari efek rumah kaca yang tak terkendali, ia mungkin hanya menghindarinya sedikit.
Untuk beberapa alasan, Bumi tetap layak huni selama miliaran tahun, dan Venus jauh lebih buruk. Apakah Bumi suatu saat bisa bernasib sama dengan Venus? Tidak ada yang tahu.
Meskipun kita mungkin tidak pernah memiliki pemahaman lengkap tentang semua faktor yang membuat Bumi dan Venus sangat berbeda satu sama lain, aktivitas vulkanik jelas berperan.
Setelah VERITAS, DAVINCI, dan EnVision melakukan tugasnya menyelidiki Venus, kita mungkin baru akan memahami jalur divergen Venus lebih detail.
(rns/rns)