Bukan Cuma Gerah, Efek Kenaikan Suhu Lebih Parah
Hide Ads

Eureka!

Bukan Cuma Gerah, Efek Kenaikan Suhu Lebih Parah

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 10 Agu 2022 22:15 WIB
Suhu panas dan terik di Jakarta terhitung tembus 35 derajat celcius. Hal itu disebabkan posisi matahari dan minimnya awan.
Bukan Cuma Gerah, Efek Kenaikan Suhu Lebih Parah. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Kalian merasakan gerah akhir-akhir ini bahkan di malam hari? Ini cuma dampak kecil dari kenaikan suhu. Tahukah kalian, kenaikan suhu Bumi beberapa derajat saja, dampaknya bisa parah dan merusak bagi penghuni Bumi.

Dalam live Eureka!: Bumi Akhir Zaman, Senin (8/8/2022), Siswanto M.Sc, Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrem Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) memberikan gambaran bahwa kenaikan suhu Bumi seperti kita memasak air.

"Ketika memasak air, kalau kompornya dinaikkan panasnya, airnya makin bergejolak. Air ini kan fluida, demikian juga udara kita. Banyak sistem iklim kita itu berupa fluida. Setiap peningkatan suhu udara beberapa celcius, akan berimplikasi terhadap makin intens-nya gejala-gejala cuaca yang terjadi di atmosfer kita," papar Siswanto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebutkan, beberapa tempat di dunia menemukan bahwa peningkatan satu derajat Celcius suhu udara permukaan, mengakibatkan daya tangkap uap air di udara meningkat sebesar 7-14%.

"Artinya awan akan menjadi makin mudah berkembang, semakin menjulang tinggi, hujan yang dihasilkan juga makin ekstrem, demikian juga fenomena-fenomena lain seperti petir, angin kencang, dan lain-lain," sebut Siswanto.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan Perjanjian Paris, negara-negara diminta untuk menjaga suhu tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celcius. Jika suhu meningkat dari yang ditargetkan, Bumi bisa mengalami berbagai bencana, mulai dari suhu panas ekstrem, suhu dingin ekstrem, kekeringan, kelangkaan air, hingga curah hujan ekstrem.

"Pemanasan global dan perubahan iklim itu nyata bukan hoax dan dia terjadi di sekitar kita, bahkan sudah menyerang kita, masuk ke ranah-ranah lingkungan di sekitar kita," Siswanto mengingatkan.

Ia mengajak semua orang untuk melakukan aksi nyata meredam dampak pemanasan global, dimulai dari aksi-aksi kecil menyayangi Bumi yang dimulai dari diri sendiri.

"Jangan sampai kerakusan kita dan eksploitasi kita terhadap Bumi, menjadikan Bumi semakin merana. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan jeda Bumi untuk beristirahat, mengembalikan kekuatan, memulihkan ketenangannya, sehingga gejolak perubahan iklim tidak meningkat tetapi bisa kita rendam," tutupnya.




(rns/fay)