Pengamatan di Observatorium Timau Buktikan Waktu Subuh Sudah Benar
Hide Ads

Pengamatan di Observatorium Timau Buktikan Waktu Subuh Sudah Benar

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 08 Agu 2022 05:48 WIB
Observatorium Nasional Timau di Kupang Buka Jalan Pencarian Exoplanet oleh Indonesia
Pengamatan di Observatorium Timau Buktikan Waktu Subuh Sudah Benar. Foto: DW SoftNews

Metode pengamatan

Untuk diketahui, langit Timau sangat cerah pada musim kemarau dan masih sangat gelap, jauh dari polusi cahaya. Tim melakukan pengukuran dengan menggunakan empat alat utama, yaitu dua SQM dan dua kamera perekam citra ufuk timur.

Pada citra pukul 04.42 dan 04.38 WITA di bawah ini ada planet Venus yang cukup terang. Posisi Venus (Bintang Timur) bisa menunjukkan posisi ekliptika (posisi di langit tempat matahari dan planet-planet). Pada kedua citra tersebut terlihat fajar kadzib (cahaya zodiak) menjulang di sepanjang ekliptika, yaitu dari posisi Venus (bintang terang di sela pepohonan) ke arah kiri atas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada citra pukul 04.42 WITA atau posisi Matahari -19 derajat ternyata di ufuk timur sudah terlihat cahaya merah. Artinya, pada posisi Matahari -18 seperti jadwal shalat yang digunakan Muhammadiyah, fajar merah akan semakin terang. Jadwal subuh pada posisi -18 terbukti sudah terlalu siang.

Bagaimana dengan citra sebelumnya? Ternyata pada pukul 04.38 belum ada cahaya merah tersebut. Diduga fajar shadiq (fajar penentu awal shubuh) sudah muncul dengan cahaya putih yang membentang di ufuk timur pada pukul 04.38 WITA atau posisi Matahari -20 derajat. Namun karena di ufuk timur banyak pepohonan, munculnya fajar yang bercahaya putih tersebut tidak teramati dengan jelas.

ADVERTISEMENT
Pengamatan fajar di Observatorium Nasional TimauPada posisi matahari -19, di ufuk timur sudah terlihat fajar berwarna merah di sela-sela pepohonan. Garis menunjukkan ketinggian Venus 3,2 derajat. Foto: dok. Profesor Thomas Djamaluddin
Pengamatan fajar di Observatorium Nasional TimauPada pukul 04.38 WITA posisi matahari -20 derajat. Diduga saat itu sudah ada fajar di ufuk, namun sebagian besar terganggu oleh pepohonan. Foto: dok. Profesor Thomas Djamaluddin

Untuk memastikan kemunculan fajar shadiq, data SQM (gambar di bawah) memberikan informasi yang sangat akurat. Waktu pengamatan sudah dinyatakan dengan posisi Matahari.

Pada saat setting peralatan, data masih berfluktuasi karena pergeseran alat (data menaik karena alat tertutup atau tergeser ke arah yang lebih gelap) dan gangguan cahaya sekitar (data menurun karena ada lampu HP yang menyala). Setelah itu kurva cahaya menurun secara lambat. Itulah ciri cahaya fajar kadzib atau cahaya zodiak. Penurunan akibat cahaya fajar kadzib bisa dinyatakan dengan fungsi liner.

Pengamatan fajar di Observatorium Nasional TimauPengamatan fajar di Observatorium Nasional Timau. Foto: dok. Profesor Thomas Djamaluddin

Fajar shadiq atau fajar astronomi dicirikan dengan kemunculan cahaya yang makin terang dengan cepat. Di kurva cahaya, kemunculan fajar shadiq dicirikan dengan mulai menurunkan kurva meninggalkan fungsi linier. Itu terjadi pada posisi Matahari -20 derajat.

"Jadi, data pengukuran dari kawasan Observatorium Nasional Timau, sekali lagi membuktikan jadwal salat subuh dari Kemenag sudah benar," tutup profesor Djamal.

(rns/rns)