Kejutan! DNA Leluhur Orang China dan Indian Amerika Berhubungan
Hide Ads

Kejutan! DNA Leluhur Orang China dan Indian Amerika Berhubungan

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 21 Jul 2022 10:06 WIB
Manusia purba
Temuan DNA di Gua China Ungkap Hubungan dengan Penduduk Asli Amerika. Foto: L Xueping Ji/IFL Science
Jakarta -

Riset DNA terhadap manusia purba terus memunculkan kejutan. Yang terbaru, riset DNA manusia purba di Yunnan, China ternyata berhubungan dengan penduduk asli Amerika.

Masyarakat yang tinggal di Gua Malu Dong atau Gua Rusa Merah di China selatan, seperti yang diperkirakan beberapa ahli sebelumnya, bukanlah perwakilan dari spesies manusia yang punah. Sebaliknya, analisis DNA menunjukkan, mereka adalah bagian dari keluarga manusia modern, tetapi populasinya ternyata penting secara ilmiah karena alasan yang berbeda.

Sisa-sisa manusia pertama kali ditemukan di Gua Rusa Merah di Yunnan, China selatan, pada tahun 1989. Di tahun 2012, penemuan terbaru direspons dengan gembira karena menunjukkan bahwa mereka mungkin mewakili beberapa perwakilan spesies manusia terakhir yang masih hidup selain Homo sapiens. Atau, diperkirakan penghuni gua tersebut adalah populasi hibrida antara Neanderthal atau Denisovan dan manusia modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua ini berdasarkan bentuk tulang dan gigi yang tertinggal di gua tersebut. Baik tulang yang baru ditemukan, maupun pemeriksaan ulang spesimen yang telah disimpan di museum, tidak menghasilkan DNA yang dapat diurutkan pada saat itu. Hal ini mengejutkan, mengingat iklim di daerah tersebut yang hangat. Sebuah makalah di Current Biology kemudian mengubahnya, dan pemikiran sebelumnya tentang siapa orang-orang yang tinggal di Gua Rusa Merah pun berubah.

ADVERTISEMENT
Manusia purbaFoto: L Xueping Ji/IFL Science

"Teknik DNA kuno adalah alat yang sangat kuat," kata penulis senior Dr Bing Su dari Kumming Institute of Zoology, dikutip dari IFL Science, Kamis (21/7/2022).

"Ini memberi tahu kita dengan cukup pasti bahwa orang Gua Rusa Merah adalah manusia modern, bukan spesies kuno, seperti Neanderthal atau Denisovans, meskipun fitur morfologis mereka tidak biasa," sambungnya.

DNA diekstraksi dari tengkorak yang ditemukan di gua dan berumur sekitar 14.000 tahun. Ironisnya, bentuk tengkorak yang mirip Neanderthal dan ruang otak yang relatif kecil adalah fitur utama yang membuat para peneliti berpikir bahwa penghuni gua pada saat itu bukanlah manusia modern.

Setelah menetapkan status Orang Gua Rusa Merah sebagai anggota spesies kita, Su dan rekan penulis kemudian mencari kerabat terdekat mereka yang masih hidup dengan membandingkan DNA tengkorak dengan populasi yang ada.

Analisis ini menunjukkan hubungan yang kuat dengan penduduk asli Amerika, serta Asia Timur modern. Dibandingkan dengan DNA purba lainnya, hubungan terdekat ditemukan dengan spesimen berusia 13.900 tahun dari Siberia, dan DNA manusia tertua yang ditemukan di Amerika.

Temuan yang menyebutkan penduduk asli Amerika memiliki hubungan sejarah yang kuat dengan Asia Timur sebenarnya bukan hal baru. Tetapi temuan di Gua Rusa Merah telah menyebabkan penulis mengusulkan jalur migrasi yang berbeda dari yang dipahami sebelumnya.

Alih-alih orang pertama yang menyeberangi Pasifik menjadi penduduk lama Siberia, mereka memperkirakan suatu populasi telah tinggal di China selatan untuk suatu periode, sebelum beberapa di antaranya melakukan perjalanan ke utara, mungkin di sepanjang rute pantai melalui Jepang.

Temuan ini juga menambah bukti yang berkembang untuk keragaman genetik yang cukup besar dari hominin di Asia Timur selatan selama Zaman Es terakhir, yang beberapa di antaranya tercermin dalam bentuk tulang mereka.

Makalah ini juga mencatat Yunnan masih merupakan wilayah di China yang paling beragam secara etnis dan bahasa saat ini, serta menjadi pusat keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan.




(rns/fay)