Pria Kehilangan Kromosom Y Saat Menua, Ini Akibatnya
Hide Ads

Pria Kehilangan Kromosom Y Saat Menua, Ini Akibatnya

Aisyah Kamaliah - detikInet
Senin, 18 Jul 2022 22:37 WIB
X and Y chromosomes in cells. Isolated on white background. 3d render
Studi: Banyak Pria Kehilangan Kromosom Y Seiring Bertambahnya Usia. Foto: Getty Images/iStockphoto/frentusha
Jakarta -

Sepanjang bertambahnya usia, DNA terus melakukan replika. Namun, proses ini tidak terlepas dari yang namanya kesalahan alias error. Ini yang akhirnya menciptakan banyak pria kehilangan kromosom Y mereka.

Fenomena ini disebut mLOY (mosaic loss of Y chromosome) dan dialami 40% pria berusia di atas 70 tahun. Dampak kehilangan kromosom Y pun ternyata cukup berbahaya.

Kromosom Y selama ini diketahui memiliki fungsi untuk mengontrol fungsi organ seksual dan karateristik lainnya yang berhubungan dengan seks. Akan tetapi, ada penelitian yang menyebutkan bahwa kromosom juga bisa menentukan mengapa seseorang lebih bisa mengalami penyakit tertentu ketimbang yang tidak memiliki kromosom tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam studi epidemiologi, mLOY telah dikaitkan dengan umur yang lebih pendek dan risiko penyakit terkait usia yang lebih tua, seperti kanker dan penyakit Alzheimer. Kondisi itu juga dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi jantung, menurut sebuah studi baru yang meniru kondisi manusia pada tikus, dilansir Science Alert, Senin (18/7/2022).

Kendati demikian, untuk sementara tidak jelas bagaimana kehilangan kromosom Y dari sel darah menyebabkan kerusakan organ dan penyakit di bagian lain dari tubuh, dan meningkatkan risiko penyakit terkait usia, terutama penyakit kardiovaskular dan stroke.

ADVERTISEMENT

Tim peneliti yang dipimpin oleh peneliti Soichi Sano dari Osalias Metropolitan University Graduate School of Medicine di Jepang, menyelidiki pertanyaan-pertanyaan itu sedikit lebih dalam, dan telah menunjukkan bagaimana mLOY memicu kerusakan jaringan yang menyebabkan gagal jantung pada tikus dan terkait dengan penyakit kardiovaskular.

Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan alat pengeditan gen CRISPR yang terkenal untuk merekayasa tikus tanpa kromosom Y dalam sel darah putih mereka untuk meniru kondisi mLOY manusia.

Alhasil, tikus yang di-CRISPR hidup lebih pendek daripada tikus yang tidak terpengaruh. Tikus-tikus itu telah meningkatkan jaringan parut pada jantung, suatu kondisi yang dikenal sebagai fibrosis jantung. Penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal Science.




(ask/fay)