Chinese Academy of Sciences (CAS) meluncurkan pencarian global untuk nama observatorium surya terbaru mereka. Nantinya, nama-nama ini akan diusulkan ke orbit pada bulan Oktober di orbit sinkron Matahari.
Advanced Space-Based Solar Observatory (ASO-S), pesawat ruang angkasa observasi surya China terbaru, akan membantu para peneliti mempelajari hubungan antara medan magnet Matahari, semburan Matahari, dan lontaran massa korona.
Dikutip dari Mashable, Selasa (12/7/2022) peserta dalam pengumpulan nama ASO-S diundang untuk memindai kode QR dan menawarkan proposal dalam bahasa Mandarin selama dua minggu berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Fakta Matahari Made in China |
Sebanyak 10 proposal teratas akan mendapatkan kenang-kenangan, dan pemenangnya mungkin memiliki kesempatan untuk mengunjungi lokasi peluncuran dan menyaksikan lepas landas bersejarah observatorium surya.
ASO-S memiliki tiga muatan pada satu platform untuk pertama kalinya: MagnetoGraph vektor Full-disk (FMG), Lyman-Solar Telescope (LST), dan Hard X-ray Imager (HXI). ASO-S akan mengorbit planet setiap 90 menit sekali pada ketinggian 720 kilometer dalam orbit sinkron Matahari.
ASO-S kan melakukan pengamatan lanjutan untuk maksimum Matahari yang akan datang di tahun 2025 karena memiliki umur desain lebih dari empat tahun. Sebagai referensi, misi dan program luar angkasa China biasanya memiliki nama yang berasal dari mitologi klasik atau kuno.
Untuk diketahui, ASO-S adalah satelit China pertama yang mempelajari fisika Matahari, dan merupakan misi dengan fokus pada fisika Matahari. Pada tahun 2011, komunitas peneliti Matahari China mengajukan misi ASO-S.
Satelit ini sangat menjanjikan bagi China dan akan membantu dalam memahami hubungan antara medan magnet Matahari, semburan matahari, dan lontaran massa korona (CME).
(rns/fay)