Kapan Lebaran? Ini Potensi Hilal 1 Syawal dari Perhitungan Sains
Hide Ads

Kapan Lebaran? Ini Potensi Hilal 1 Syawal dari Perhitungan Sains

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 27 Apr 2022 16:21 WIB
Ilustrasi Idul Fitri
Kajian sains untuk 1 Syawal (Foto: shutterstock)

Sebagian besar Asia Tengah dan Asia Selatan sudah memenuhi elongasi geosentrik 8 derajat, akan tetapi seluruh wilayah Asia Tengah dan Asia Selatan belum memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat. Timur Tengah, Eropa, dan Afrika (kec. Afrika Selatan) sudah memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat. Bahkan beberapa wilayah seperti Afrika bagian barat, Portugal, dan Spanyol sudah memenuhi elongasi geosentrik 10,5 derajat (meskipun belum memenuhi elongasi toposentrik 10,5 derajat), sehingga ada kemungkinan hilal dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu di wilayah tersebut.

Wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan sudah memenuhi elongasi 10,5 derajat baik geosentrik maupun toposentrik. Sehingga kemungkinan hilal dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu di wilayah tersebut, meskipun ketinggian hilal di Chili dan Argentina bervariasi antara 2 hingga 8 derajat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, 1 Syawal 1443 H di sebagian besar wilayah dunia akan jatuh pada hari Selasa, 2 Mei 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun demikian, beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan kemungkinan akan berhari raya berbeda dengan dunia pada umumnya. Berikut ini adalah kontur elongasi 6,4 derajat untuk empat kondisi: (a) Toposentrik saat Matahari terbenam, (b) Toposentrik saat pengamatan waktu terbaik (=Matahari terbenam +4/9 x lama Bulan di atas ufuk), (c) Toposenrik saat Bulan terbenam, dan (d) Geosentrik saat Matahari terbenam:

potensi hilalFoto: BRIN


Berdasarkan peta di atas, pada kondisi (a) kontur elongasi 6,4 derajat tidak melewati Sabang melainkan Pulau Nikobar Besar di Kep. Nikobar, India. Garis ini kemudian melewati Myanmar, China, Mongolia, dan Rusia, sehingga seluruh Indonesia sebenarnya tidak memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat saat Matahari terbenam. Beberapa menit setelahnya, pada kondisi (b) kontur elongasi 6,4 memotong bagian barat laut Provinsi Aceh, sehingga wilayah seperti Sabang, Banda Aceh, dan Aceh Besar sudah memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat saat pengamatan waktu terbaik.

ADVERTISEMENT

Ketika Bulan terbenam, pada kondisi (c) kontur elongasi 6,4 derajat melewati Gunung Sitoli, Sibolga, hingga Tebing Tinggi. Kemudian, garis ini melewati Thailand (bergeser ke Timur), China, Mongolia, Rusia. Sehingga seluruh provinsi Aceh dan sebagian besar provinsi Sumatra Utara (termasuk kota Medan) sudah memenuhi elongasi toposentrik saat Bulan terbenam.

Dengan demikian, elongasi toposentrik 6,4 derajat dapat dicapai di bagian barat laut Indonesia (seperti Aceh dan Sumatra Utara) setelah Matahari terbenam hingga Bulan terbenam. Meskipun begitu, negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, dan Kamboja tidak memenuhi elongasi toposentrik 6,4 setelah Matahari terbenam hingga Bulan terbenam. Sehingga, ada kemungkinan di negara-negara tersebut menetapkan 1 Syawal jatuh pada Selasa, 3 Mei 2022.

Ketika Matahari terbenam, pada kondisi (d) kontur elongasi 6,4 membelah pulau Sulawesi hingga ke perbatasan Nusa Tenggara Barat dengan Nusa tenggara Timur. Sehingga, untuk wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat. Demikian juga untuk negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat. Kontur 6,4 derajat ini juga melewati China, Korea, Jepang, sehingga jika di kedua negara melakukan pengamatan hilal secara mandiri (tidak mengikuti keputusan MABIMS), maka di kedua negara ini sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat.


"Sehingga, sebenarnya seluruh Asia Tenggara dapat berhari raya pada hari Senin, 2 Mei 2022 sebagaimana di sebagian besar wilayah di dunia. Meskipun demikian, kita tetap harus menunggu hasil sidang isbat yang ditetapkan Kementerian Agama Republik Indonesia selaku otoritas tunggal dalam penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah di Indonesia," tutup Andi.

(rns/fay)