Muhammad bin Zakaria Ar-Razi, Pakar Kimia Iran Pelopor Sabun Kesehatan
Hide Ads

Muhammad bin Zakaria Ar-Razi, Pakar Kimia Iran Pelopor Sabun Kesehatan

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 26 Apr 2022 09:45 WIB
Image of natural bar soap
Foto: Getty Images/iStockphoto/shironagasukujira
Jakarta -

Membersihkan diri dengan air saja kadang tak cukup. Beberapa jenis noda tidak bisa hilang hanya dengan membasuhnya dengan air. Zaman dulu, sabun yang ada kurang efektif membersihkan dan berbau tidak sedap sehingga orang enggan menggunakannya. Salah seorang yang berjasa dalam pembuatan sabun ini adalah Muhammad bin Zakaria Ar-Razi (854-925 M)

Dia adalah pakar kimia asal Iran yang juga dikenal dengan nama Rhazes di dunia barat. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.

Sejak muda, ia telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya, ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemu definisi dan cara mencegah cacar

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

ADVERTISEMENT

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi," tulis Ar-Razi.

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir Ar-Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan Ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."

Penemuan sabun

Berabad-abad lalu, para ahli kimia berusaha menciptakan sabun yang efektif menghilangkan kotoran dan berbau harum, Ar-Razi pun tak terkecuali.

Ia beserta ilmuwan lainnya membuat sabun batang dari dari minyak (biasanya minyak zaitun) dan alkali (sejenis garam) yang direbus, lalu dibiarkan mengeras.

Dikutip dari aplikasi Islami KESAN, penemuan sabun di abad 10 M ini adalah salah satu penemuan terbesar dalam sejarah, karena menyelamatkan umat manusia dari berbagai penyakit.

Sabun batang pun menjadi populer hingga masuk ke Eropa di abad 13 M. Hingga kini, karya Ar-Razi tersebut masih dapat kita temukan di kamar mandi rumah kita.

Hasil modifikasi sabun Ar-Razi memudahkan masyarakat menjaga kebersihan diri dan mencegah bau badan. Termasuk bagi umat muslim yang tubuhnya wajib bersih setiap kali hendak sholat dan jangan sampai berbau tidak sedap.

Selama menjadi dokter, Ar-Razi dikenal dengan kebaikan budi pekertinya dan tidak membebani pasien dengan biaya yang memberatkan. Setelah beberapa tahun mengabdi, Ar-Razi mengalami katarak di kedua matanya hingga buta dan wafat. Sosok yang lahir di Rayy, Teheran, Iran pada tahun 251 H./865 ini, wafat pada tahun 313 H/925.




(rns/afr)