Dengan kondisi tertentu, makhluk halus memang bisa tertangkap kamera. Tak heran, di media sosial kerap beredar foto-foto yang diklaim sebagai "penampakan". Tapi bagaimana kita tahu kalau foto itu sungguhan ada penampakan atau cuma ilusi optik?
Mickey Oxcygentri, Founder Ghost Photography Community (GPC) saat live streaming Eureka! dengan tema "Fotografi Hantu", Senin (21/2) menyebutkan, diperlukan data EXIF untuk menentukan sebuah foto "berhantu" atau tidak, dan pembanding dari foto yang sama.
"Kalau ada data EXIF-nya, dan ada foto-foto pembandingnya, ada perbandingan frame, itu bisa ditentukan apakah ada sosok makhluk astral atau tidak di foto itu. Kalau ternyata itu editan atau rekayasa, dengan melihat data EXIF saja itu sudah gampang. Kalau dia masuk (diedit) ke Photoshop EXIF-nya bakal hilang, ketahuan," kata Mickey.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam fotografi, EXIF (Exchangeable Image File) adalah data digital yang biasanya tersemat pada sebuah foto atau image yang dihasilkan dari perangkat digital, seperti kamera digital atau scanner. Semua kamera digital itu termasuk kamera ponsel, mirrorless, atau DSLR.
Karenanya, di komunitas GPC, "tim pemburu hantu" diajarkan agar menggunakan metode memotret beberapa kali di satu lokasi yang diduga ada penampakan. Tujuannya agar punya perbandingan frame ketika ditemukan sosok diduga makhluk astral.
"Di dalam ghost photography wajib sekali satu foto itu mempunyai lebih dari dua frame untuk membandingkan. Ketika ada sebuah kejanggalan di frame-frame selanjutnya, tapi di frame lain itu kosong, gak ada yang janggal, maka itu bisa dikatakan sebuah penampakan. Tapi kalau di dalam frame selanjutnya ada lagi sosok itu, dengan berpindah posisi, bisa jadi itu binatang atau ilusi optik. Karena hantu itu tidak akan standby sampai beberapa menit," urainya.
Bagi orang awam dan tidak punya indra keenam, kata dosen fotografi di Universitas Singaperbangsa Karawang ini, kita hanya dituntun oleh feeling. Karenanya, mengambil beberapa frame di satu spot foto menjadi metode paling sederhana untuk menentuka sebuah foto asli menampilkan penampakan makhluk halus atau bukan.
Ketua GPC Karawang Aldi Mutiara yang juga menjadi narasumber Eureka! menambahkan, penting juga untuk mengikuti feeling saat akan memotret hantu.
"Kalau ada spot yang sekiranya kita ngerasa gak enak. Pengennya ngeliat ke situ terus, kayanya ada yang janggal, kita potret beberapa kali di spot itu agar nantinya ada perbandingan," tutupnya.
(rns/afr)