Pemerintah Arab Saudi meluncurkan program metaverse yang bisa membuat umat muslim melihat dan mengunjungi Ka'bah secara virtual. Melihat teknologi ini, muncul wacana kontroversial ibadah Haji dilakukan di metaverse.
Perdebatan ini cukup ramai di Timur Tengah. Para ulama Turki yang lebih dulu angkat bicara. Dikutip dari Hurriyet Daily News Turki, Departemen Urusan Agama Turki (Diyanet), setelah mengkajinya sebulan, mengeluarkan keputusan bahwa mengunjungi Ka'bah di metaverse tidak dianggap ibadah Haji.
"Haji di metaverse tidak bisa terjadi. Umat bisa mengunjungi Ka'bah di metaverse tapi itu tidak akan dianggap sebagai ibadah," kata Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka memutuskan Haji harus dilakukan di dunia nyata. Ka'bah lewat VR dianggap sama saja dengan layanan VR di sejumlah museum dunia.
Pernyataan MUI
Terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi penjelasan. Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan, kunjungan Ka'bah secara virtual ini bisa dilakukan guna mengenalkan Ka'bah kepada umat Islam sebelum mengunjungi Ka'bah. Menurutnya, kunjungan virtual ini bisa membantu calon jemaah Haji atau umroh.
"Kunjungan virtual bisa dilakukan untuk mengenalkan sekaligus juga untuk persiapan, atau biasa disebut sebagai latihan manasik haji, sebagaimana latihan manasik di Asrama Haji Pondok Gede. Serta untuk explore secara faktual agar ada pengetahuan yang memadai sebelum pelaksanaan ibadah," ujar Asrorun Niam saat dimintai konfirmasi, Selasa (8/2).
Lantas, apakah ibadah Haji sah apabila dilakukan melalui metaverse? MUI menegaskan bahwa hal itu tidak sah.
"Haji itu merupakan ibadah mahdlah, bersifat dogmatik, yang tata cara pelaksanaannya atas dasar apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi," tegas Niam.
"Aktivitas manasik haji itu pelaksanaannya juga terkait dengan tempat, misalnya tawaf, itu dengan cara berjalan mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali putaran secara fisik, tidak bisa dalam angan-angan atau mengelilingi gambar Ka'bah, atau replika Ka'bah," imbuhnya.
Masjidil Haram Membantah
Karena kehebohan ini, pihak Masjidil Haram di Makkah langsung membantah. Metaverse yang ramai disebut bisa untuk Haji virtual itu sebenarnya pameran Hajar Aswad untuk memberikan pengalaman serasa berkunjung ke sana.
"Tidak ada inisiatif dari kami meluncurkan 'Haji dan Umrah di metaverse'. Ini adalah sebuah pameran Hajar Aswad di sebuah museum di Makkah yang dikeluarkan dari konteksnya. Media harus bertanggung jawab dalam pelaporan dan mengambil informasi dari sumber otentik," tulis pihak Masjidil Haram lewat akun Twitter Haramain Sharifain @hsharifain.
Baca juga: Kontroversi Ibadah Haji di Metaverse |
Untuk diketahui, metaverse ibarat memindahkan dunia kita ke alam virtual. Segala hal yang kita lakukan di dunia nyata, bisa dilakukan di dunia maya melalui avatar, mulai dari urusan beli tanah virtual sampai rapat kantor.
(rns/rns)