Berdasarkan hasil penelitian terbaru, curah hujan tinggi ternyata berdampak pada kondisi ekonomi, bahkan skalanya global. Bagaimana bisa?
Dikutip dari Science Daily, Jumat (14/1/2022) pertumbuhan ekonomi turun ketika jumlah hari basah dan hari dengan curah hujan ekstrem naik, demikian menurut hasil temuan tim ilmuwan Potsdam, Jerman. Negara-negara kaya terkena dampak paling parah, terutama untuk sektor manufaktur dan jasa.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature ini, analisis data terhadap lebih dari 1.500 wilayah selama 40 tahun terakhir, menunjukkan hubungan yang jelas bahwa curah hujan harian yang meningkat didorong oleh perubahan iklim dari pembakaran minyak dan batu bara, akan membahayakan ekonomi global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tentang kemakmuran, dan pada akhirnya tentang pekerjaan masyarakat. Perekonomian di seluruh dunia diperlambat oleh hari-hari yang lebih basah dan curah hujan harian yang ekstrem. Ini adalah sebuah wawasan penting yang menambah pemahaman kita tentang 'ongkos' sebenarnya yang harus dibayar dari perubahan iklim," kata Leonie Wenz dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) dan Mercator Research Institute on Global Commons and Climate Change (MCC) yang memimpin penelitian.
Wenz menyebutkan, penilaian makro-ekonomi dampak iklim sejauh ini sebagian besar berfokus pada suhu dan mempertimbangkan perubahan curah hujan hanya dalam skala waktu yang lebih lama seperti tahun atau bulan, sehingga kehilangan gambaran lengkapnya.
"Curah hujan tahunan yang lebih banyak umumnya baik untuk ekonomi, terutama yang bergantung pada pertanian. Namun menjadi pertanyaan juga bagaimana hujan didistribusikan sepanjang hari dalam setahun. Curah hujan harian yang intensif ternyata berdampak buruk, terutama untuk negara-negara industri kaya seperti AS, Jepang, atau Jerman," ujarnya.
Maximilian Kotz, penulis pertama studi tersebut yang juga berasal dari Potsdam Institute menyebutkan, mereka mengidentifikasi sejumlah efek berbeda pada produksi ekonomi, namun yang paling penting sebenarnya adalah dari curah hujan harian yang ekstrem.
"Ini karena curah hujan yang ekstrem adalah di mana kita sudah dapat melihat pengaruh perubahan iklim dengan paling jelas, dan karena itu meningkat hampir di mana-mana di seluruh dunia," ujarnya.
Analisis ini mengevaluasi secara statistik data output ekonomi sub-nasional untuk 1554 wilayah di seluruh dunia dalam periode 1979-2019, yang dikumpulkan dan disediakan untuk umum oleh MCC dan PIK.
Para ilmuwan menggabungkan ini dengan data curah hujan resolusi tinggi. Kombinasi detail yang semakin meningkat dalam data iklim dan ekonomi sangat penting dalam konteks hujan, fenomena yang sangat lokal, dan mengungkapkan wawasan baru.
Dengan menyertakan faktor atmosfer Bumi dengan gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembangkit listrik dan kendaraan berbahan bakar fosil, umat manusia sedang memanaskan planet ini.
Udara yang memanas dapat menampung lebih banyak uap air yang akhirnya menjadi hujan. Meskipun dinamika atmosfer membuat perubahan regional dalam rata-rata tahunan lebih rumit, curah hujan harian yang ekstrem meningkat secara global karena efek uap air ini.
"Melihat lebih dekat pada skala waktu singkat daripada rata-rata tahunan membantu untuk memahami apa yang sedang terjadi: curah hujan harian yang menimbulkan ancaman. Ini lebih merupakan guncangan iklim dari cuaca ekstrem yang mengancam cara hidup kita daripada perubahan bertahap," kata rekan penulis Anders Levermann, Kepala domain Ilmu Kompleksitas Potsdam Institute.
(rns/fay)