Masih Lanjut, Perdebatan Apakah Pluto Harus Jadi Planet Lagi?

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 02 Jan 2022 16:45 WIB
Masih Lanjut, Perdebatan Apakah Pluto Harus Jadi Planet Lagi? Foto: NASA
Jakarta -

Sekelompok ilmuwan ingin Pluto diklasifikasikan sebagai planet lagi, bersama dengan benda serupa di Tata Surya dan yang ditemukan di sekitar bintang yang jauh.

Seruan itu bertentangan dengan resolusi kontroversial tahun 2006 oleh International Astronomical Union (IAU) yang memutuskan Pluto hanya "planet kerdil". Tetapi para peneliti berdebat dan mengatakan berpikir ulang akan mengembalikan sains ke jalur yang benar.

Pluto telah dianggap sebagai planet kesembilan sejak penemuannya pada tahun 1930, tetapi IAU sebagai lembaga yang menamai objek astronomi, memutuskan pada tahun 2006 bahwa sebuah planet harus berbentuk bola, mengorbit Matahari dan secara gravitasi "membersihkan" orbitnya dari objek lain.

Pluto memenuhi dua dari persyaratan itu, bentuknya bulat dan mengorbit Matahari. Tapi karena berbagi orbitnya dengan objek yang disebut "plutinos", Pluto diperdebatkan tidak memenuhi syarat di bawah definisi yang baru.

Akibatnya, IAU memutuskan bahwa Tata Surya hanya memiliki delapan planet utama: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Pluto pun diturunkan dari daftar.

Perdebatan baru

Tetapi sebuah penelitian yang diumumkan pada bulan Desember dari tim peneliti di jurnal Icarus sekarang mengklaim definisi IAU didasarkan pada astrologi alias sejenis cerita rakyat, bukan sains. Menurut mereka, itu merugikan penelitian ilmiah dan pemahaman populer tentang Tata Surya.

Para peneliti mengatakan Pluto seharusnya diklasifikasikan sebagai planet di bawah definisi yang digunakan oleh para ilmuwan sejak abad ke-16: bahwa "planet" adalah benda yang aktif secara geologis di ruang angkasa.

Selain Pluto, definisi itu mencakup banyak objek lain, misalnya asteroid Ceres dan bulan Europa, Enceladus serta Titan. Namun para peneliti mengatakan semakin banyak semakin meriah.

"Kami pikir mungkin ada lebih dari 150 planet di Tata Surya kita," kata Philip Metzger, penulis utama studi dan fisikawan planet di University of Central Florida.

Studi ini dilakukan di tengah penelitian berdasarkan data dari wahana NASA New Horizons yang terbang di atas Pluto pada tahun 2015. Pengungkapan penyelidikan telah menghidupkan kembali perdebatan tentang status Pluto, kata ahli geologi planet Paul Byrne dari North Carolina State University.

"Ada minat seperti itu dari terbang lintas New Horizons," kata Byrne, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. "Tetapi setiap kali saya memberikan ceramah dan saya memasang gambar Pluto, pertanyaan pertama bukan tentang geologi planet, tetapi mengapa diturunkan? Itulah yang melekat pada orang-orang, dan itu sangat memalukan," sambungnya.

"Para peneliti berpendapat definisi IAU bertentangan dengan definisi planet yang telah berdiri selama berabad-abad. Objek yang mirip dengan Pluto, seperti Eris dan Makemake, telah ditemukan pada tahun 2006, sehingga IAU merekayasa definisinya untuk mengecualikan mereka," kata Metzger.

Itu menyebabkan IAU, dan publik, mengadopsi konsep "astrologi" bahwa Bumi dan planet-planet lain sedikit dan istimewa, alih-alih klasifikasi yang lebih baik yang akan sangat meningkatkan jumlah planet. Hasilnya adalah, kebanyakan ilmuwan planet sekarang mengabaikan definisi IAU.

"Kami terus menyebut Pluto sebagai planet dalam makalah kami, kami terus menyebut Titan dan Triton dan beberapa bulan lainnya dengan istilah 'planet'. Pada dasarnya, kami mengabaikan IAU," jelas Metzger.

Selanjutnya: Dianggap kesalahan memalukan di dunia sains




(rns/rns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork