Kewalahan Dihajar Lonjakan COVID-19 Juli hingga Heboh Tanda Kiamat
Hide Ads

Year in Review 2021

Kewalahan Dihajar Lonjakan COVID-19 Juli hingga Heboh Tanda Kiamat

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 30 Des 2021 09:15 WIB
kiamat
Kewalahan Dihajar Lonjakan COVID-19 Juli hingga Heboh Tanda Kiamat. Foto: via Brainberries

3. Gerhana Bulan total dan gerhana Matahari cincin

Fenomena astronomi selalu menarik dan menghibur untuk diamati. Di antara banyak fenomena astronomi di tahun 2021, gerhana Bulan total 26 Mei dan gerhana Matahari cincin 10 Juni mungkin yang paling menyedot perhatian.

Gerhana Bulan total 26 Mei disebut juga Super Blood Moon karena warnanya yang kemerahan. Selain itu, posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan Bumi. Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Super Blood Moon pun menjadi sangat spesial kerena terjadi bersamaan dengan Hari Raya Waisak. Fenomena ini dianggap sangat langka karena hanya terjadi tiap 195 tahun sekali.

Sedangkan untuk gerhana Matahari cincin 10 Juni sayangnya tidak bisa disaksikan dari Indonesia. Wilayah kita bahkan tidak mengalami Gerhana Matahari sebagian. Meski demikian, para pencinta astronomi yang tak bisa menyaksikannya secara langsung berbondong-bondong mengunjungi situs live streaming yang menayangkan fenomena ini.

ADVERTISEMENT

4. Heboh pertanda kiamat Matahari terbit di utara

Video seorang guru sekolah merekam peristiwa Matahari terbit dari utara di Jeneponto, Sulawesi Selatan, viral di media sosial, pada 17 Juni 2021. Sang guru menyebut saat itu belum juga pukul delapan pagi waktu setempat dan apa yang disaksikannya belum pernah terjadi sebelumnya.

"Tanda akan terjadi kiamat adalah ketika Matahari sudah terbit dari barat. Sepertinya ini sudah merupakan satu isyarat suatu saat nanti matahari bisa terbit dari barat, karena sekarang sudah di utara," kata perekam video.

Menjawab keresahan masyarakat terutama peredaran hoax bahwa peristiwa ini dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (sekarang ORPA-BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa peristiwa itu adalah hal yang wajar karena pergerakan posisi Matahari akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi.

"Hal ini terjadi karena setiap bulan Juni, posisi Matahari berada di belahan utara. Setiap tahun pada bulan Juni posisi Matahari berada di belahan utara. Terbitnya bukan di titik timur, tetapi bergeser mendekati timur laut. Pada tengah hari Matahari akan berada di arah utara. Nanti saat terbenam bukan pada titik barat, tetapi mendekati barat laut," jelasnya.

Selanjutnya: Misi Armageddon dan Mengungkap Rahasia Alam Semesta