Halusinasi Manusia Lihat Manusia Liliput, Tuyul Termasuk?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 28 Des 2021 17:10 WIB
Manusia Bisa Halu Lihat Manusia Liliput, Tuyul Termasuk? Foto: via Science Alert
Jakarta -

Dari dulu, sudah ada fenomena orang melihat manusia liliput. Ada yang menyebutnya 'microptic' atau 'Liliputian'. Ini dikarenakan kerja otak yang sangat kompleks, maka dari itu otak manusia bisa menghasilkan peristiwa seperti itu. Halusinasi melihat liliput bisa saja tercipta dari dalam otak sebelum mata 'melihat' hal tersebut.

Melansir Science Alert, Selasa (28/12/2021) fenomena ini pun sudah ada dikenal sejak 1726, dimana muncul novel 'Gulliver's Travels' yang menceritakan orang yang melihat manusia mikro. Psikiater Prancis ternama Raoul Leroy yang penasaran pun mencoba mengangkat topik ini di awal 1900-an.

"Halusinasi semacam itu ada di luar mikropsi mana pun, ketika pasien memiliki konsepsi normal tentang ukuran objek yang mengelilinginya, mikropsi sebenarnya hanya mengacu pada halusinasi," tulis Leroy dalam pengantar satu kasus tertentu.

"Mereka kadang-kadang terjadi sendiri, kadang-kadang disertai dengan gangguan psiko-sensorik lainnya," lanjutnya.

Kendati demikian, halusinasi 'Lilliputian' tidak ditampilkan sebagai kriteria untuk penyakit apa pun dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. Tampaknya ini hanya dianggap kejadian unik otak yang acak saja terjadi. Di Indonesia, mungkin ini setara dengan kisah orang-orang yang mengaku melihat tuyul, makhluk gaib berwujud mungil.

Sindrom Charles Bonnet adalah satu pengecualian. Sindrom yang merupakan penyakit langka ini bisa mengalami halusinasi sebagai akibat dari kehilangan penglihatan. Tetapi, halusinasi ini tidak selalu berbentuk orang kecil, bisa pula berupa kilatan cahaya, bentuk geometris, atau bahkan hanya garis.

Sebuah studi tahun 2021 pada sampel sukarelawan dengan sindrom Charles Bonnet aktif menemukan pengalaman halusinasi mereka benar-benar meningkat dalam frekuensi dan menonjol selama pandemi COVID-19, kemungkinan besar karena kesepian selama lockdown. Selain pada Charles Bonnet, pada pasien Parkinson juga ada kemungkinan mengalami halusinasi tersebut.

Apa yang kita ketahui soal halusinasi manusia liliput di era modern?

Baru-baru ini, sejarawan medis dari Leiden University dan peneliti gangguan psikotik, Jan Dirk Blom, bertujuan untuk meneliti laporan kasus halusinasi Lilliputian di arsip medis modern. Setelah perburuan yang ekstensif, Blom berhasil menemukan 26 makalah tentang halusinasi Liliput yang mungkin dianggap relevan. Dari jumlah tersebut, hanya 24 yang memberikan deskripsi kasus asli.

"Selama tahun 1980-an dan 1990-an kasus baru jarang dipublikasikan, dan pertanyaan tentang sumber yang mendasari halusinasi Liliput terlupakan," tulis Blom dalam studinya tahun 2021, yang diterbitkan dalam Neuroscience & Biobehavioral Review.

"Meskipun beberapa minat baru dalam fenomena selama dua dekade terakhir, situasi itu pada dasarnya tetap tidak berubah," ucapnya.

Blom akhirnya menyusun katalog 226 kasus unik untuk dibandingkan dan dikontraskan. Pengalaman dan latar belakang mereka beragam, terbagi rata antara laporan pria dan wanita, yang tertua berusia 90 tahun, yang termuda hanya empat tahun. Tapi ada banyak benang merah.

Kebanyakan orang melaporkan halusinasi mengenakan pakaian mencolok berwarna-warni. Contohnya badut sirkus, badut biasa, atau bahkan tentara yang melompat-lompat. Hanya segelintir kecil kasus yang melaporkan penglihatan dalam warna abu-abu atau coklat yang cenderung bernuansa 'murung' atau menjemukan.

Blom juga mengatakan hilangnya input sensorik perifer dapat membuat bagian otak yang biasanya terlibat dalam pemrosesan informasi menjadi tidak berfungsi. Otak hanya mengumpulkan sedikit stimulus yang dapat mereka temukan untuk menyatukan pandangan dan warna.



Simak Video "Anak Penjual Es di Jember Juara Olimpiade Sains-Diterima ITB"

(ask/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork