Arkeolog Ungkap Temuan Langka di Kota Hantu
Hide Ads

Arkeolog Ungkap Temuan Langka di Kota Hantu

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 09 Nov 2021 19:24 WIB
arkeologi
Arkeolog Ungkap Temuan Langka di Kota Hantu. Foto: Christopher Merritt
Jakarta -

Arkeolog yang melakukan penggalian di kota hantu Terrace, Utah, Amerika Serikat (AS) mendapatkan temuan langka, yaitu sebuah rumah milik pekerja China abad ke-19 di jalur kereta api lintas benua.

Rumah tersebut, yang saat ditemukan hanya berupa lapisan papan lantai yang berserakan dengan artefak seperti koin dan periuk, adalah rumah China pertama yang sepenuhnya digali di jalur kereta api lintas benua.

"Lebih dari 11.000 imigran dari China membantu membangun jalur kereta api yang menghubungkan jalur Timur di Iowa ke Teluk San Francisco. Namun para pekerja ini sering tidak memiliki dokumen sejarah dari akhir 1800-an," kata Christopher Merritt, petugas pelestarian sejarah Utah Division of State History, dikutip dari Live Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kehadiran Chinatown tidak ada di peta Terrace mana pun. Mampu membuka seluruh rumah untuk pertama kalinya, memberi kami pandangan yang sangat menarik pada komunitas pekerja kereta api China," sambungnya.

arkeologiKoin China. Foto: Christopher Merritt

Kota hantu Terrace

Kota Terrace berlokasi di barat laut Utah, tempat di mana terdapat pembangunan rel kereta api di akhir tahun 1860-an. Di masa kejayaannya, Terrace adalah kota pemeliharaan kereta api, dihuni oleh 500 orang atau lebih. Namun pada tahun 1902, rel kereta api membuka rute cutoff dengan jembatan melintasi Great Salt Lake, sehingga para pekerja tidak perlu berkeliling danau atau melewati Terrace. Pada tahun 1904, kota ini menghilang.

ADVERTISEMENT

Kebakaran di awal 1900-an menghapus sebagian besar jalan utama kota, namun artefak tetap berserakan di tanah. Artefak tersebut mewakili "kapsul waktu" kota yang berkembang pesat, sehingga para arkeolog negara bagian Utah sangat ingin mempelajari dan melindungi situs tersebut.

Bekerja sama dengan Asosiasi Keturunan Pekerja Kereta Api China (Chinese Railroad Workers Descendants Association) yang berbasis di Utah, tim arkeologi melakukan dua penggalian di situs tersebut.

"Jumlah material budaya dan artefak di tanah, sangat mengejutkan. Para arkeolog mengumpulkan 10.000 hingga 20.000 item yang telah diawetkan oleh iklim gurun yang kering. Barang-barang ini mengungkapkan sesuatu yang tidak ada di peta mana pun: lokasi Pecinan Terrace," jelas Merritt.

arkeologiPotongan mainan. Foto: Christopher Merritt

Budaya China di jalur kereta api lintas benua

Para peneliti dapat mengetahui di mana para pekerja China di Terrace tinggal berdasarkan artefak seperti koin China, potongan mainan, pecahan mangkuk porselen, dan periuk yang digunakan untuk menyimpan kecap dan cuka.

Dari China, barang-barang ini akan melintasi Pasifik dengan kapal ke San Francisco, di mana para pekerja memuatnya ke dalam kereta api untuk perjalanan ke kota kecil. Para arkeolog dan sukarelawan di penggalian bahkan menemukan biji melon, kulit kacang, dan kurma China yang diawetkan di situs tersebut.

Sensus 1870 mencatat, ada 56 pekerja China yang tinggal di Terrace di puncak kota, tetapi catatan Sensus sering kali mengecilkan kelompok minoritas dan imigran. Ada kemungkinan bahwa sebanyak 100 pekerja China menyebut kota itu sebagai rumah sementara.

"Tidak ada persyaratan hukum untuk pemisahan antara pekerja ini dan penduduk kulit putih di kota Terrace. Tetapi diskriminasi dan rasisme membuat kedua komunitas terpisah," ujar Merritt.

Namun, para peneliti menemukan bukti setidaknya ada satu bisnis milik pekerja China tepat di jalan utama. Jenis usahanya tidak diketahui jelas, tetapi para arkeolog menemukan stoples minuman arak, periuk dan porselen di fondasi bangunan.

arkeologiPecahan porselen. Foto: Christopher Merritt

"Kemungkinan toko kelontong, binatu atau bahkan restoran. Kami belum tahu jawabannya, tapi setidaknya sekarang kami memiliki satu titik terang bahwa ada kehadiran orang China di jalan utama di Terrace ini," kata Merritt.

Para peneliti sekarang berencana untuk menganalisis lebih teliti artefak yang ditemukan di situs tersebut, berharap untuk mengungkapkan lebih banyak cerita tentang para pekerja yang membuat jalur kereta api lintas benua.




(rns/rns)