Raksasa Jepang Bantu Intel yang Sempoyongan, Mau Suntik Rp 32,5 T
Hide Ads

Raksasa Jepang Bantu Intel yang Sempoyongan, Mau Suntik Rp 32,5 T

Anggoro Suryo - detikInet
Rabu, 20 Agu 2025 12:15 WIB
Intel MWC 2024
Foto: Dok. Intel
Jakarta -

Tak cuma Pemerintah Amerika Serikat yang bakal membantu Intel yang kondisinya saat ini sedang goyah. SoftBank, perusahaan investasi Jepang, pun bakal ikut menyuntikkan dana ke raksasa chip Amerika tersebut.

Dalam pernyataannya, CEO SoftBank Masayoshi Son mengaku akan menyuntikkan dana sebesar USD 2 miliar atau sekitar Rp 32,5 triliun ke Intel. Menurutnya, langkah itu sejalan dengan kepercayaan SoftBank soal perkembangan bisnis semikonduktor di Amerika Serikat.

"Perakitan dan pasokan semikonduktor canggih akan terus berekspansi di Amerika Serikat," kata Son.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan suntikan dana sebesar itu, SoftBank akan menjadi pemegang saham terbesar ke-6 di Intel. Pada 2024 lalu, SoftBank menyatakan komitmennya untuk menggelontorkan dana sebesar USD 100 juta di Amerika, yaitu pada masa jabatan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat selama empat tahun ke depan.

ADVERTISEMENT

Selain itu SoftBank juga sudah memulai Project Stargate bersama OpenAI, yaitu inisiatif yang bernilai USD 500 miliar untuk membangun jaringan data center di Amerika Serikat.

Kabar ini muncul setelah muncul laporan yang menyebut pemerintahan Amerika Serikat akan membeli 10% saham Intel untuk membantu raksasa chip yang sedang goyah itu.

Menurut laporan Bloomberg, sebagai bagian dari kesepakatan tersebut pemerintah AS juga mempertimbangkan untuk mengubah sebagian atau seluruh hibah yang diterima Intel dari U.S. CHIPS and Science Act menjadi saham di perusahaan tersebut.

Dengan valuasi Intel saat ini, 10% sahamnya akan bernilai sekitar USD 10,4 miliar. Sementara itu, Intel telah menerima hibah dari CHIPS Act senilai USD 10,9 miliar, termasuk USD 7,9 miliar untuk manufaktur komersial dan USD 3 miliar untuk proyek keamanan nasional.

Namun laporan Bloomberg ini menambahkan belum diketahui apakah proposal tersebut mendapatkan dukungan di pemerintahan Trump, dan apakah para pejabat AS sudah membicarakan kemungkinan tersebut dengan Intel dan perusahaan lainnya yang terdampak.




(asj/asj)
Berita Terkait