Matahari selalu beraktivitas. Video terbaru yang dipublikasikan oleh NASA menampakkan bintik Matahari dalam kondisi tidak stabil, terlihat berkobaran pada Sang Surya.
Rentetan erupsi dari bintik Matahari selama kurang lebih lima jam ini terekam oleh fasilitas NASA's Solar Dynamics Observatory (SDO) pada tanggal 26 Oktober 2021 kemarin.
Bintik Matahari sendiri adalah area yang terlihat gelap di permukaan Matahari, karena suhunya lebih rendah dari area lain. Akan tetapi bintik Matahari tetaplah sangat panas, tembus 3.500 derajat Celcius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintik Matahari disebabkan oleh aktivitas magnetis yang intens. Aktivitas itu hampir selalu berujung pada keluarnya suar Matahari dan terlontarnya massa, ketika radiasi dan gas nuklir di dalam Matahari menuju ke kosmos.
![]() |
Seperti dikutip detikINET dari Daily Mail, bintik Matahari itu bisa lebih besar ukurannya dari Bumi. Saat ini, tidak ada dampak dari aktivitas tersebut karena arahnya menjauh dari Bumi. Ilmuwan akan bisa menelitinya lebih jelas saat Matahari berotasi mengarah ke Bumi.
Solar Dynamics Observatory (SDO) sendiri adalah satelit NASA yang telah mengamati Matahari sejak tahun 2010, diluncurkan dari landasan Cape Canaveral Space Force Station di wilayah Florida.
"Setidaknya setengah lusin ledakan muncul dalam video pendek dari SDO ini. Situs ledakan tersembunyi di belakang tepi Matahari. Hampir dapat dipastikan bintik Matahari ini tidak stabil," sebut SpaceWeather.
Jika suar Matahari yang adalah semburan radiasi dari bintik Matahari cukup kuat, maka bisa merusak satelit ataupun mengganggu sinyal radio di Bumi.
Suar Matahari bisa menyebabkan badai Matahari. Pada tahun 1859, pernah terjadi badai Matahari yang disebut sebagai paling kuat. Salah satu akibatnya adalah rusaknya sistem telegrap di seluruh Eropa dan Amerika Utara dengan kerugian sangat besar pada ketika itu.
(fyk/fay)