Apa yang Terjadi Jika Manusia Meninggal di Luar Angkasa?
Hide Ads

Apa yang Terjadi Jika Manusia Meninggal di Luar Angkasa?

Virgina Maulita Putri - detikInet
Kamis, 21 Okt 2021 06:15 WIB
Penasaran ingin merasakan seperti apa tinggal di Planet Mars? Di China dibangun sebuah markas yang menyerupai koloni di Planet Merah tersebut. Yuk lihat.
Ilustrasi simulasi kehidupan di Mars Foto: Reuters
Jakarta -

Saat ini badan dan perusahaan antariksa mulai membicarakan potensi membangun koloni manusia di planet lain. Ini artinya para ahli harus mulai membicarakan bagaimana hidup di luar angkasa, dan apa yang akan terjadi jika manusia meninggal di sana.

Proses pembusukan tubuh manusia setelah meninggal di luar angkasa tentu akan berbeda dengan yang terjadi di Bumi. Jika manusia meninggal di Bumi, tubuhnya akan mengalami livor mortis di mana aliran darah akan berhenti dan menggenang akibat gravitasi.

Setelah itu tubuh akan mendingin dan beralih ke tahap algor mortis. Selanjutnya otot di tubuh akan menjadi kaku karena penumpukan kalsium yang tidak terkendali di serat otot, atau yang dikenal sebagai rigor mortis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelahnya, enzim dan protein akan mempercepat reaksi kimia dan menghancurkan dinding sel. Di saat yang sama, bakteri di usus akan keluar dan menyebar ke seluruh tubuh.

Bakteri ini melahap jaringan lunak dan gas yang mereka keluarkan membuat tubuh menjadi bengkak. Setelah semua otot menghilang maka rigor mortis akan terhenti, tubuh akan mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan jaringan lunak dipecahkan.

ADVERTISEMENT

Dosen antropologi biologi terapan di Teesside University, Tim Thompson, menjelaskan jika manusia meninggal di luar angkasa, prosesnya tentu tidak akan sama seperti yang terjadi di Bumi. Karena gravitasi di planet lain tidak sama seperti di Bumi, fase livor mortis tentu akan terdampak karena darah tidak bisa menggenang.

Jika tubuh yang meninggal ada di dalam pakaian luar angkasa, fase rigor mortis tetap akan terjadi karena itu merupakan hasil dari berhentinya fungsi tubuh. Bakteri yang ada di usus tetap akan bisa melahap jaringan lunak, tapi bakteri ini tetap membutuhkan oksigen agar bisa bekerja sehingga proses ini bisa diperlambat jika pasokan oksigen terbatas.

Saat tubuh sudah dikuburkan di luar angkasa, mikroba yang ada di tanah juga membantu proses pembusukan. Jika tanah di planet lain ternyata sangat kering akan menghambat kerja mikroba sehingga jaringan lunak tetap akan awet, seperti dikutip dari The Next Web, Selasa (19/10/2021).

Proses pembusukan di planet yang kondisinya sangat berbeda dengan Bumi juga akan dipengaruhi beberapa faktor. Misalnya, di Bumi hanya bagian organik tulang yang akan membusuk sehingga fosil dan tulang yang kita lihat di museum itu merupakan sisa bahan anorganik.

Tapi di planet lain yang tanahnya sangat asam, hal sebaliknya bisa saja terjadi, di mana komponen organik seperti pembuluh darah dan kolagen akan bertahan dan komponen anorganik akan membusuk.

Namun hal ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan planet. Misalnya dengan kondisi Mars yang sangat kering dan seperti gurun jaringan lunak bisa saja mengering, dan sedimen yang tertiup angin bisa mengikis dan merusak kerangka tulang seperti yang terjadi di Bumi.

Temperatur juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi proses pembusukan di luar angkasa. Contohnya di Bulan yang suhunya antara 120 sampai -170 derajat Celsius, tubuh yang sudah membusuk mungkin akan menunjukkan kerusakan yang diakibatkan suhu panas atau dingin.




(vmp/afr)