Teknologi Limbah Bisa Jadi Solusi Pencemaran Paracetamol
Hide Ads

Teknologi Limbah Bisa Jadi Solusi Pencemaran Paracetamol

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 04 Okt 2021 18:09 WIB
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemprov DKI Jakarta telah mengambil sampel air Laut Jakarta yang disebut mengandung Paracetamol. Sampel air laut tersebut dibawa untuk uji di laboratorium (lab).
Teknologi Limbah Paracetamol Bisa Atasi Pencemaran Air Laut Jakarta. Foto: (Azhar Bagas Ramadhan/detikcom)
Jakarta -

Sebagian wilayah Teluk Jakarta tercemar paracetamol. Meski sudah tercemar, ada harapan untuk mengurangi tingkat pencemaran air laut dengan memanfaatkan teknologi penanganan limbah.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wulan Koagouw mengatakan banyak faktor untuk mereduksi pencemaran paracetamol khususnya.

Namun pemanfaatan teknologi limbah bisa menjadi salah satu solusi untuk mereduksi tingkat pencemaran ke laut, seperti yang terjadi saat ini air laut Teluk Jakarta mengandung paracetamol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Bicara teknologi penanganan limbah misalnya, tentu saja di sini kita perlu teknologi penanganan limbah yang baik, supaya mudah-mudah itu bisa mereduksi pencemaran paracetamol," ujar Wulan dalam konferensi pers virtual, Senin (4/10/2021).

Di sisi lain, gaya hidup masyarakat juga mesti diedukasi lagi, misalnya bagaimana cara membuang obat-obat yang sudah kadaluarsa dengan baik dan tepat.

"Gaya hidup yang mengarah, apa yang kita lakukan dengan obat-obatan sudah expired atau sudah tidak terpakai dan sebagainya. Sekiranya kita tahu ke mana obat-obatan tersebut kita proses atau buang maupun limbah paracetamol itu akan lebih baik," ungkapnya.

Mengenai limbah farmasi dari industri, Wulan mengatakan bahwa itu bukan ranah dirinya membicarakan hal tersebut sebagai peneliti. Disampaikannya, itu sudah masuk ke ranah stakeholder dalam bentuk kebijakan.

"Supaya penanganan limbah ini menjadi lebih baik. Kalau penanganannya sudah lebih baik, mudah-mudahan konsentrasi yang dilepas ke laut jauh lebih rendah dan tereduksi efeknya," pungkasnya.

Peneliti gabungan BRIN dan University of Brighton UK menemukan sebagian Teluk Jakarta tercemar paracetamol. Dari empat lokasi yang diinvestigasi, Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing; serta satu lokasi di pantai utara Jawa Tengah, yakni Pantai Eretan, hanya dua titik yang tercemar paracetamol, yaitu muara Sungai Angke (610 ng/L) dan muara Sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L).

Dari riset awal yang dipublikasikan disebutkan bahwa konsentrasi paracetamol yang cukup tinggi, meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.

Untuk tahap awal, dugaan perairan Teluk Jakarta yang mengandung paracetamol berasal dari tiga sumber, yaitu ekresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.

Hasil penelitian BRIN dan University of Brighton UK jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi Paracetamol di Teluk Jakarta adalah relatif tinggi (420-610 ng/L) dibanding di pantai Brasil (34,6 ng/L), pantai utara Portugis (51,2 - 584 ng/L).




(agt/fay)