Cerita yang satu ini mungkin mengingatkan kamu dengan film 'Captain America: The First Avenger' di mana ada sebuah organisasi Nazi-analog mencoba memanfaatkan kekuatan kubus bercahaya misterius untuk membuat senjata pemusnah massal. Kemudian rencana itu gagal karena disabotase oleh Pasukan Sekutu dan kubus mereka berakhir di fasilitas penelitian rahasia AS.
Pada kenyataannya, ternyata cerita yang ada di film bisa dibilang mirip dengan kejadian di dunia nyata. Hanya saja, itu bukan 'Tesseract Infinity Stone', melainkan kubus uranium.
Beberapa penelitian forensik nuklir baru dilakukan oleh sebuah tim di Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) untuk mengetahui hal ini lebih jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan hanya proyek sains yang sangat menyenangkan dan serangkaian eksperimen ilmiah, tetapi juga proyek sejarah," jelas peneliti PNNL, Brittany Robertson, yang mempresentasikan hasilnya pada pertemuan American Chemical Society.
"Kami mencari informasi yang berbeda dan informasi yang diarsipkan dan bahkan surat yang ditulis di antara para ilmuwan, untuk mencoba mencari tahu apa yang dapat kami ukur dan bagaimana kami benar-benar dapat membuat beberapa interpretasi," sambungnya.
Sejak awal 1940-an, Nazi dan AS berlomba untuk menemukan teknologi nuklir. AS memiliki Proyek Manhattan dan Nazi memiliki Werner Heisenberg.
Untungnya, program yang diduga proyek Nazi itu berhasil digagalkan sebelum dilakukan, dan Sekutu menyita banyak kubus uranium itu setelah perang. Tapi nasib mereka setelah itu cukup suram: sekitar 600 dikirim ke AS, tetapi hanya sekitar 12 yang diketahui hari ini, dengan sisanya digunakan dalam proyek nuklir AS, dijual ke kolektor swasta dan lembaga penelitian, atau hilang begitu saja.
"Saya senang program Nazi tidak secanggih yang mereka inginkan pada akhir perang, karena jika tidak, dunia akan menjadi tempat yang sangat berbeda," ucap Robertson.
Asal-usul kubus di PNNL tidak diketahui alias masih misteri. Ini dikatakan oleh pemimpin peneliti Jon Schwantes.
"Kami tidak tahu pasti bahwa kubus itu berasal dari program Jerman, jadi pertama-tama kami ingin mengungkapnya," Schwantes berujar.
"Kemudian kami ingin membandingkan kubus yang berbeda untuk melihat apakah kami dapat mengklasifikasikannya menurut kelompok penelitian tertentu [Heisenberg atau Diebner] yang menciptakannya," lanjutnya.
Secara anekdot, kubus di PNNL adalah kubus Heisenberg, tetapi tim peneliti tidak memiliki pengukuran aktual untuk mendukung klaim tersebut.
Untuk membuktikan asal kubus, ia beralih ke radiokronometri, sebuah teknik yang menentukan penanggalan bahan radioaktif dengan mengukur seberapa banyak ia telah meluruh. Dilakukan juga penelitian pada lapisan yang dipakai untuk melindungi kubus itu.
"Kami ingin tahu apakah kubus khusus ini adalah salah satu yang terkait dengan kedua program penelitian tersebut," tutur Schwantes.
"Juga, ini adalah kesempatan bagi kami untuk menguji ilmu pengetahuan kami sebelum kami menerapkannya dalam penyelidikan forensik nuklir yang sebenarnya," tandasnya. Demikian sebagaimana ditulis IFL Science.
(ask/ask)