Puncak hujan meteor Sextantid turut meramaikan rangkaian fenomena astronomi yang terjadi di bulan September. Peristiwa ini akan berlangsung di waktu subuh pada tanggal 28 September 2021.
Berdasarkan penjelasan yang dikutip dari halaman Edukasi Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Sextantid adalah hujan meteor yang titik radian atau asal ketampakan meteornya berada pada arah konstelasi Sextans (di antara konstelasi Draco dan Leo).
"Hujan meteor ini terbentuk dari sisa debu asteroid 2005 UD. Hujan meteor Sextantid aktif sejak 9 September hingga 9 Oktober mendatang," kata Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Andi Pangerang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Andi, intensitas meteor maksimum terjadi pada 27 September 2021, pukul 19.00 WIB/20.00 WITA/21.00 WIT. Sehingga, hujan meteor ini baru dapat disaksikan keesokan harinya yaitu tanggal 28 September 2021 sejak pukul 03.30 hingga 05.00 waktu setempat dari arah timur.
Intensitas maksimum saat titik radiannya berada di zenit sebesar lima meteor per jam. Mengingat ketinggian titik radian tertingginya di Indonesia berkisar 24 derajat - 25 derajat, maka intensitas maksimumnya hanya dua meteor per jam. Kelajuan hujan meteor ini mencapai 115.200 km/jam.
Andi menyebutkan, hujan meteor ini dapat disaksikan secara langsung dengan mata telanjang, tanpa perlu perlengkapan khusus untuk pengamatan langit. Cukup melihat ke arah timur pada waktu subuh.
"Sextantid dapat disaksikan dengan mata biasa selama cuaca cerah, langit bersih, bebas polusi cahaya, dan penghalang yang menghalangi medan pandang," ujarnya.
Dia menambahkan, hujan meteor ini juga dapat disaksikan pada siang hari, dengan titik radiannya berkulminasi sekitar pukul 09.30 waktu setempat dan terbenam sekitat pukul 15.30 waktu setempat. Karena itu pula hujan meteor ini juga disebut Daytime Sextantid.
"Sextantid akan sedikit terganggu dikarenakan Bulan berfase benjol akhir yang sudah terbit sebelum tengah malam dan berkulminasi sebelum terbit Matahari," tutupnya.
(rns/fay)