Plankton Raksasa Mekar Akibat Kebakaran Hutan, Laut dalam Bahaya!

Plankton Raksasa Mekar Akibat Kebakaran Hutan, Laut dalam Bahaya!

ADVERTISEMENT

Plankton Raksasa Mekar Akibat Kebakaran Hutan, Laut dalam Bahaya!

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 17 Sep 2021 10:07 WIB
Kebakaran hutan di Australia, Januari 2020
Ilustrasi kebakaran hutan (Foto: Getty Images/S. Mooy)
Jakarta -

Selain ancaman langsung terhadap kehidupan, kebakaran hutan juga dapat memiliki konsekuensi jangka panjang yang luas bagi seluruh Bumi. Kebakaran besar yang terjadi di hutan Australia pada 2019/2020 jadi salah satu contohnya.

Sebuah studi terbaru yang menggabungkan data satelit dengan pengukuran di lapangan mengungkapkan salah satu konsekuensi ini. Penelitian ini memperlihatkan mekarnya fitoplankton raksasa, bahkan luasnya melebihi Australia sendiri. Fitoplankton ini terletak di perairan paling utara Samudra Selatan, di tenggara Australia.

Sebenarnya, fitoplankton memainkan peran sangat penting di lautan. Selain mengubah sinar Matahari menjadi energi kimia, dan mengonsumsi karbon dioksida, mereka adalah bagian terbawah dalam rantai makanan laut.

Namun lonjakan material organik yang begitu besar bukan hal baik bagi ekosistem laut. Justru sebaliknya, lonjakan ini dapat menghasilkan 'sup' beracun yang berpotensi membahayakan lautan.

"Mekarnya plankton bisa mematikan bagi hewan. Satu peristiwa plankton mekar saja, dapat memusnahkan ribuan hewan yang tak terhitung jumlahnya dalam beberapa hari. Ini akan meninggalkan 'zona mati' di danau air tawar dan daerah pesisir," kata ahli paleobiologi Chris Hays dari Museum Sejarah Alam Swedia yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, dikutip dari Science Alert, Jumat (17/9/2021).

Kebakaran hutan juga menewaskan ratusan orang, berdampak buruk pada satwa liar di darat, dan banyak dampak lainnya seperti mengubah warna beberapa gletser di Selandia Baru menjadi cokelat karena abu dan debu.

"Peristiwa mekarnya fitoplankton di wilayah ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan satelit 22 tahun, dan berlangsung selama sekitar empat bulan," kata ahli kelautan biologi Pete Strutton dari University of Tasmania di Australia.

"Apa yang membuatnya lebih luar biasa adalah bahwa bagian musim ketika mekar muncul, biasanya merupakan titik terendah musiman fitoplankton. Namun nyatanya, asap dari kebakaran hutan Australia benar-benar membalikkan keadaan," sambungnya.

Peneliti menduga, aerosol dalam asap kebakaran semak kemungkinan menjadi alasan di balik mekarnya mikroalga. Mereka melacak jalur asap melintasi lautan untuk menghubungkannya dengan fitoplankton, dengan angin stratosfer yang secara langsung dipengaruhi oleh gumpalan.

Konsentrasi zat besi yang rendah namun signifikan dalam asap, akan dimakan oleh tumbuhan laut mikroskopis, yang membutuhkannya untuk fotosintesis dan pertumbuhan. Ini menyebabkan bentangan fitoplankton muncul di dalam air.

Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa endapan dari asap meningkatkan kadar zat besi di laut beberapa kali lipat dari tingkat normalnya sepanjang tahun, dan reaksi terhadap peningkatan sumber makanan ini berlangsung cepat.

"Percepatan pertumbuhan fitoplankton saat kebakaran terjadi di Australia begitu cepat sehingga hanya tertinggal beberapa minggu dan dalam beberapa kasus hanya beberapa hari," kata ahli biogeokimia kelautan Jakob Weis dari University of Tasmania.

Dalam studi kedua, tim peneliti terpisah memperkirakan bahwa sekitar 715 juta ton karbon dioksida dipompa keluar oleh kebakaran hutan di bulan-bulan ketika mereka berkobar. Tingkat karbon ini jauh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.

Fitoplankton yang mekar bertindak sebagai penyerap karbon. Jika melihat skala kebakarannya, para peneliti berpikir fitoplankton bisa menyedot hampir semua karbon dioksida yang dilepaskan dari kebakaran tersebut. Yang jelas, peristiwa seperti kebakaran hutan Australia memiliki dampak besar lainnya pada ekosistem planet kita.

"Pekerjaan ini menggambarkan dampak besar yang ditimbulkan aerosol dari Australia bisa meluas hingga ribuan kilometer jauhnya. Hal ini tidak akan kita ketahui jika bukan karena sistem pengamatan laut global," tutup Strutton.



Simak Video "Penampakan Kebakaran Hutan Melanda 700 Hektar Lahan di Chili"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT