Ilmuwan Selidiki Kemungkinan Vaksin COVID-19 Ganggu Siklus Haid
Hide Ads

Ilmuwan Selidiki Kemungkinan Vaksin COVID-19 Ganggu Siklus Haid

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 15 Sep 2021 20:12 WIB
Ilustrasi menstruasi
Peneliti Selidiki Kemungkinan Vaksin COVID-19 Ganggu Siklus Haid (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ekaterina79)
Jakarta -

Awal tahun ini, ketika vaksin COVID-19 mulai didistribusikan, beberapa pasien wanita dan remaja perempuan mengeluh di media sosial (medsos) menyebutkan siklus menstruasi mereka berantakan setelah divaksin. Peneliti pun menyelidiki kemungkinan ini.

Adapun keluhan yang mereka rasakan berbeda-beda, sepertinya tergantung kondisi tubuh dan usia. Beberapa wanita pascamenopause mengaku kembali mendapatkan menstruasi lagi untuk pertama kalinya setelah lama tidak mengalaminya. Mereka pun bertanya-tanya, apakah vaksin kemungkinan menjadi penyebabnya.

Para peneliti di lima institusi, yang didukung oleh dana dari National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat (AS), akan melakukan penelitian selama setahun untuk memeriksa kemungkinan hubungan antara vaksinasi dan menstruasi yang tidak teratur. Penelitian ini juga dilakukan untuk membantu menghilangkan kekhawatiran yang mungkin membuat wanita tidak mau divaksin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti seputar periode menstruasi abnormal sejauh ini murni baru sekadar anekdot. Belum ada hubungan yang diketahui pasti antara vaksinasi dan perubahan menstruasi. Pakar kesehatan masyarakat pun kembali menegaskan bahwa vaksin aman, efektif dan diperlukan untuk mengakhiri pandemi.

Namun seperti dikutip dari New York Times, Rabu (15/9/2021) cerita-cerita tersebut mendukung kesenjangan data tentang kesehatan reproduksi dan siklus menstruasi wanita yang tidak dicatat selama uji klinis, termasuk selama uji coba vaksin COVID-19. Juga, belum ada penelitian ilmiah yang meneliti hubungan potensial antara vaksin COVID-19 dan siklus menstruasi yang diterbitkan.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah masalah penting yang diabaikan. Saya telah mendengar dari pasien saya sendiri tentang adanya perbedaan menstruasi mereka setelah menerima vaksin," kata Dr Hugh Taylor, ketua departemen kebidanan, ginekologi dan ilmu reproduksi di Yale School of Medicine.

"Banyak orang mengalami menstruasi tidak teratur karena berbagai alasan. Apakah ini benar-benar berbeda pada orang yang divaksin, atau hanya kebetulan ketika mengalaminya, lalu mereka menduga vaksin COVID-19 menjadi penyebabnya," sambungnya.

Penelitian ini akan dilakukan oleh tim di Boston University, Harvard Medical School, Johns Hopkins University, Michigan State University dan Oregon Health and Science University. Studi ini akan mencakup peserta dari segala usia dan latar belakang yang belum divaksinasi, termasuk mereka yang berencana untuk mendapatkan suntikan vaksin dan mereka yang tidak, untuk mempelajari siklus menstruasi mereka sebelum dan sesudahnya.

Dokter menyebutkan, kondisi menstruasi dapat menjadi cerminan kesehatan wanita secara keseluruhan. Tetapi mereka menunjukkan bahwa sejumlah faktor berbeda, untuk sementara dapat mempengaruhi menstruasi seorang wanita, termasuk stres, penyakit, atau perubahan gaya hidup. Periode haid, termasuk lama dan pendeknya siklus menstruasi, juga sangat bervariasi pada setiap wanita.




(rns/fay)