Tidak Vaksin Bisa 5x Rentan COVID-19 Versi Delta & 11x Kemungkinan Meninggal
Hide Ads

Tidak Vaksin Bisa 5x Rentan COVID-19 Versi Delta & 11x Kemungkinan Meninggal

Adi Fida Rahman - detikInet
Sabtu, 11 Sep 2021 11:30 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Ketua Umum Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), KH Chriswanto Santoso meninjau sentra vaksin di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis (9/9/2021). Sebanyak 50.000 santri dan warga sekitar pondok pesantren telah divaksinasi COVID 19 di sentra vaksinasi ponpes Minhaajurrosyidin. Hari ini dilaksanakan pemberian vaksin dosis ke 2 dengan kapasistas 1500 orang.
Vaksin COVID-19. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Vaksin COVID-19 sebagian besar bertahan melawan varian virus corona delta yang sangat menular, terutama dalam hal mencegah keparahan dan kematian. Demikian hasil studi tiga penelitian yang diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Menurut penelitian tersebut orang yang divaksinasi lengkap dapat 5 kali lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi delta, 10 kali lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 versi delta, dan 11 kali lebih kecil kemungkinannya meninggal karena varian tersebut.

Dilansir dari Arstechnica, Sabtu (11/9/2021) Munculnya COVID-19 versi delta telah menimbulkan kekhawatiran bahwa efektivitas vaksin akan menurun, namun data menunjukkan bahwa suntikan tersebut bertahan dengan cukup baik. Keefektifan vaksin yang ada terhadap infeksi telah menurun beberapa dengan dominasi varian delta, tetapi vaksinasi masih menawarkan perlindungan yang kuat, baik dari rawat inap maupun dari kematian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam salah satu dari tiga penelitian, peneliti kesehatan masyarakat melihat data dari lebih dari 600.000 kasus COVID-19 dewasa di 13 yurisdiksi AS selama dua periode waktu: periode pra-delta dari 4 April hingga 19 Juni, dan periode pasca-delta dari 20 Juni sampai 17 Juli. Para peneliti kemudian menghitung rasio standar usia kasus, rawat inap, dan kematian antara divaksinasi lengkap dan tidak divaksinasi di masing-masing dari dua periode.

ADVERTISEMENT

Dalam hal infeksi, orang yang divaksinasi lengkap sekitar 11 kali lebih kecil kemungkinannya terkena infeksi pada periode pra-delta, dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi (dengan interval kepercayaan 95 persen dari 7,8 hingga 15,8). Rasio itu turun menjadi 4,6 lebih kecil kemungkinannya pada periode pasca-delta (dengan interval kepercayaan 95 persen dari 2,5 hingga 8,5).

Untuk rawat inap sebelum delta, orang yang divaksinasi lengkap 13 kali lebih kecil kemungkinannya untuk berakhir di rumah sakit daripada yang tidak divaksinasi (interval kepercayaan 11,3 hingga 15,6). Setelah delta, rasio itu turun sedikit menjadi 10 kali lebih kecil kemungkinannya (interval kepercayaan 8,1 hingga 13,3).

Orang yang divaksinasi lengkap memiliki kemungkinan 16,6 kali lebih kecil untuk meninggal karena COVID-19 sebelum delta (interval kepercayaan 13,5 hingga 20,4) dan 11,3 kali lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal setelah delta (interval kepercayaan 9,1 hingga 13,9).

Temuan ini "konsisten dengan potensi penurunan perlindungan vaksin terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi dan perlindungan kuat yang berkelanjutan terhadap rawat inap dan kematian terkait COVID-19," para penulis penelitian menyimpulkan.

Ketika mereka lebih jauh menyempurnakan data dengan memperhitungkan cakupan vaksin selama dua periode waktu, peneliti menghitung perkiraan kasar tentang bagaimana efektivitas vaksin berubah dalam dua interval. Untuk perlindungan vaksin terhadap infeksi, mereka memperkirakan efektivitas turun dari 91 persen menjadi 78 persen dengan delta. Untuk perlindungan terhadap rawat inap, efektivitas tampaknya meningkat dari 92 persen menjadi 90 persen, dan untuk kematian, dari 94 persen menjadi 91 persen.

Satu catatan yang mengganggu adalah bahwa penurunan perlindungan lebih terlihat pada kelompok usia yang lebih tua, dengan mereka yang berusia 65 tahun ke atas mengalami penurunan yang lebih besar.

Temuan dalam studi kedua, yang mengamati hampir 33.000 kasus COVID-19 a dari rumah sakit, departemen darurat, dan klinik perawatan darurat. Para peneliti membagi data berdasarkan usia, efektivitas vaksin terhadap rawat inap adalah 89 persen di antara orang berusia 18 hingga 74 tahun, tetapi hanya 76 persen di antara orang berusia 75 tahun ke atas.

Dalam studi ketiga yang lebih kecil yang melibatkan lebih dari 1.000 orang di lima Pusat Medis Urusan Veteran, para peneliti kembali melihat penurunan efektivitas vaksin berdasarkan usia terhadap rawat inap. Secara keseluruhan, vaksin 87 persen efektif untuk mencegah rawat inap di tengah serangan delta. Bila dibagi per usia, efektivitas vaksin 95 persen pada orang berusia 18 hingga 64 tahun, tetapi hanya 80 persen untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas.




(afr/afr)