Ilmuwan Kurangi Kentut Sapi untuk Cegah Bumi Makin Panas
Hide Ads

Ilmuwan Kurangi Kentut Sapi untuk Cegah Bumi Makin Panas

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 13 Sep 2021 17:25 WIB
Ilustrasi Pantat Sapi
Ilmuwan Kurangi Kentut Sapi Cegah Bumi Makin Panas. Foto: Getty Images/Betsy Joles
Jakarta -

Sendawa dan kentut sapi menyumbang 14% dari gas pemanasan global. Karenanya, para ilmuwan berpikir untuk mengurangi kentut sapi agar lebih ramah lingkungan.

Hewan ternak seperti sapi, domba, dan kambing, adalah hewan ruminansia atau pemamah biak dengan perut multi-bilik. Perut mereka membantu mencerna makanan melalui fermentasi dan penuh dengan bakteri penghasil gas metana.

Dikutip dari The Sun, Senin (13/9/2021) setiap harinya, seekor sapi dapat menghasilkan 160 liter hingga 320 liter gas, yang memiliki 28 kali potensi pemanasan global CO2.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini para ilmuwan sedang mencari sapi-sapi yang menghasilkan metana paling sedikit dan mereka akan membiakkannya menjadi kawanan yang ada. Para ahli juga menguji pakan yang bisa mengurangi kentut hewan.

"Kami telah mengerjakan ini sejak 2015. Saat ini kami sedang membangun profil genomik untuk memilih ternak paling ramah karbon yang akan membuat perbedaan dalam jangka panjang," ujar Barrie Turner, dari Aberdeen Angus Cattle Society.

ADVERTISEMENT

Selain kentut dan kotorannya yang menghasilkan metana, daging ternak sendiri sudah menyumbang masalah terkait pemanasan global. Pasalnya, dengan mengonsumsi lebih banyak protein hewani dan olahannya, kita menyumbang masalah yang berdampak pada kesehatan serta kerusakan lingkungan.

Sumber protein hewani, terutama daging merah dari sapi, memiliki jejak karbon sangat tinggi yang berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca, hingga perubahan iklim.

Bagaimana bisa? Peternakan memerlukan lahan yang luas, sehingga pembangunannya sering mengakibatkan penggundulan lahan. Selain itu, hewan ternak memerlukan pakan dari tumbuhan dan menghabiskan banyak air. Berdasarkan data EAT, pertanian dunia saat ini menempati hampir 40% dari lahan global.

Konversi lahan untuk produksi makanan menjadi penyebab hilangnya keanekaragaman hayati. Produksi makanan hewani juga bertanggung jawab atas 30% emisi gas rumah kaca global dan 70% penggunaan air tawar.

Semua itu memperparah pemanasan global dan berkurangnya cadangan air tanah. Kerusakan planet akan sulit diatasi selama kita masih mengandalkan daging hewan ternak.

Karenanya, mengurangi konsumsi daging akan membantu mengurangi permintaan produksi hewan ternak. Ini juga berarti akan ada lebih banyak lahan yang dapat digunakan untuk meredam gas rumah kaca, sehingga berkontribusi membuat Bumi lebih sehat.




(rns/fay)