Antibodi Kucing Bisa Tangkal Infeksi Ulang COVID-19
Hide Ads

Antibodi Kucing Bisa Tangkal Infeksi Ulang COVID-19

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 07 Agu 2021 18:50 WIB
tabby kitten sniffling at african violet flower
Antibodi Kucing Bisa Tangkal Infeksi Ulang COVID-19. Foto: iStock
Jakarta -

Antibodi kucing mampu menangkal penularan ulang virus Corona SARS-CoV-2, sehingga hewan itu bisa terhindar dari penyakit COVID-19 untuk kedua kali.

Disebutkan dalam penelitian yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), antibodi dari kucing yang sudah pernah terinfeksi virus Corona, mampu menetralisir infeksi ulang virus Corona SARS-CoV-2. Kondisi ini membuat kucing tak lagi terjangkit COVID-19.

Dikutip dari Proceedings of the National Academy of Sciences, dari studi ini, para peneliti menyarankan imunitas kucing bisa menjadi model yang bagus untuk pengembangan vaksin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penelitian ini menunjukkan bahwa kucing dapat menjadi model hewan yang sesuai untuk mempelajari infeksi SARS-CoV-2 dan untuk memajukan pengembangan vaksin dan terapi yang bisa digunakan baik pada hewan maupun manusia," tulis mereka.

Namun, belum diketahui berapa lama kucing akan mempertahankan kekebalan yang kuat karena terbatasnya durasi penelitian. Padahal, informasi ini bisa menjawab apakah imunitas itu hanya sementara, atau imunitas mampu melindungi kucing secara permanen dari infeksi ulang.

ADVERTISEMENT

Studi ini meneliti tujuh kucing dan tiga anjing yang disuntik dengan virus SARS-CoV-2. Dari sampel tersebut, ditemukan bahwa kucing dapat menginfeksi kucing lain melalui kontak langsung. Sementara anjing, tidak menyebarkan virus satu sama lain.

Baik kucing maupun anjing tidak benar-benar menunjukkan gejala klinis COVID-19 dalam penelitian ini. Penelitian memperlihatkan, kucing memiliki kemampuan untuk bertahan yang lebih efisien melawan virus. Meski bisa menularkan satu sama lain, kucing mampu membangun pertahanan yang sangat kuat untuk melawan infeksi ulang.

"Kucing yang terkena virus menjadi kebal atau imun, imunitas ini jauh lebih kuat daripada respons imunitas yang diamati pada spesies lain yang diuji di lingkungan laboratorium," tulis para peneliti.

Di sisi lain, sangat kecil kemungkinan kalau anjing atau kucing menularkan COVID-19 ke manusia. Hewan Mink adalah satu-satunya yang diyakini dapat menularkan virus langsung ke manusia setelah serangkaian peristiwa wabah di peternakan mink di Eropa.

Namun, manusia juga mungkin saja menularkan virus ke hewan dalam proses yang dikenal sebagai "zoonosis terbalik". Temuan baru ini mendukung pedoman Kanada saat ini tentang hewan peliharaan yang menunjukkan bahwa kucing dapat menginfeksi kucing lain, tetapi anjing tidak dapat menginfeksi anjing lain.

Penelitian ini juga mendukung seruan dari otoritas kesehatan masyarakat untuk menghindari semua kontak dengan hewan peliharaan jika pemiliknya terinfeksi COVID-19.

"Kucing peliharaan yang terinfeksi tidak boleh dibiarkan berkeliaran bebas di luar ruangan untuk mencegah potensi risiko penyebaran infeksi ke kucing luar ruangan atau satwa liar lainnya," tulis para peneliti.

Pada penelitian sebelumnya, kucing diketahui memiliki respons kekebalan alami yang kuat terhadap virus dan dapat menyebarkan infeksi dari satu hewan ke hewan lain.




(rns/afr)