Islandia kemungkinan merupakan sisa terakhir dari benua yang tenggelam di bawah Samudra Atlantik Utara sekitar 10 juta tahun lalu. Hal ini baru saja diungkap tim ahli geofisika dan geologi internasional.
Teori ini bertentangan dengan ide lama tentang pembentukan Islandia dan Atlantik Utara. Namun para peneliti mengatakan, teori menjelaskan berdasarkan kedua fitur geologi dasar laut dan mengapa kerak Bumi di bawah Islandia jauh lebih tebal dari yang seharusnya.
Baca juga: Misteri Umur Bumi yang Sebenarnya |
Sementara itu, pakar lain yang tidak berafiliasi dengan penelitian ini mengatakan, mereka skeptis bahwa Islandia ada berdasarkan bukti yang dikumpulkan sejauh ini.
Meski begitu, jika studi geologi membuktikan teori tersebut, gagasan baru yang radikal tentang benua yang tenggelam dapat berimplikasi pada perebutan kepemilikan bahan bakar apa pun yang ditemukan di bawah dasar laut, yang menurut hukum internasional adalah milik negara yang dapat menunjukkan kerak benuanya meluas sejauh itu.
"Wilayah yang memiliki materi kontinental di bawahnya, membentang dari Greenland ke Skandinavia. Sebagian di barat dan timur sekarang telah tenggelam di bawah permukaan air, tetapi masih berdiri lebih tinggi dari yang seharusnya. Jika permukaan laut turun 600 meter, maka kita akan melihat lebih banyak daratan di atas permukaan laut," kata Gillian Foulger, penulis utama dan profesor emeritus geofisika di Durham University, dikutip dari Live Science, Senin (2/8/2021).
Benua yang hilang
Wilayah Atlantik Utara dulunya merupakan daratan kering yang membentuk superbenua Pangea dari sekitar 335 juta hingga 175 juta tahun yang lalu, kata Foulger.
Para ahli geologi telah lama berpikir bahwa cekungan Samudra Atlantik Utara terbentuk saat Pangea mulai pecah 200 juta tahun yang lalu. Selain itu, Islandia terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu di atas gumpalan vulkanik di dekat pusat lautan.
Namun Foulger dan rekan penulisnya mengungkapkan teori berbeda. Mereka menyebut, lautan mulai terbentuk secara kasar di selatan dan utara Islandia saat Pangea pecah. Sebaliknya, para ahli geologi menulis, daerah di barat dan timur tetap terhubung dengan apa yang sekarang disebut Greenland dan Skandinavia.
"Orang-orang memiliki gagasan yang sangat sederhana bahwa lempeng tektonik seperti piring makan, yang hanya terbelah dua dan bergerak terpisah," kata Foulger.
"Lempeng tektonik tidak sesederhana itu. Seperti pizza atau karya seni yang terbuat dari bahan yang berbeda, sejumlah komponen pembentuknya bisa berada di sini atau tertinggal di sana, sehingga bagian yang berbeda memiliki kekuatan yang berbeda pula," urainya.
![]() |
Menurut teori baru yang dikemukakan Foulger dan rekannya, Pangea tidak terbelah dengan bersih, dan benua Islandia yang hilang tetap menjadi jalur tanah kering yang tak terputus dengan lebar setidaknya 300 km yang tetap berada di atas gelombang sampai sekitar 10 juta tahun yang lalu. Pada akhirnya, ujung timur dan barat Islandia juga tenggelam, dan hanya Islandia yang tersisa.
Teori tersebut akan menjelaskan mengapa batuan kerak di bawah Islandia modern memiliki ketebalan sekitar 40 km, bukan sekitar 8 km seperti prediksi jika Islandia terbentuk di atas gumpalan vulkanik.
"Ketika kami mempertimbangkan kemungkinan bahwa kerak tebal ini adalah benua, data kami tiba-tiba masuk akal. Ini membuat kami segera menyadari bahwa wilayah benua jauh lebih besar dari Islandia itu sendiri. Ada benua tersembunyi di sana di bawah laut," ujarnya.
Foulger dan timnya memperkirakan Islandia pernah membentang di lebih dari 600 ribu kilometer persegi lahan kering antara Greenland dan Skandinavia. Saat ini, Islandia berukuran sekitar 103.000 km persegi.
Mereka juga memprediksi ada wilayah yang berdekatan dengan ukuran yang sama, membentuk 'Islandia Raya', di sebelah barat yang sekarang disebut Inggris dan Irlandia. Tetapi wilayah itu juga telah tenggelam di bawah gelombang.
Para penulis studi ini menyebutkan, bukti fosil menunjukkan bahwa beberapa tanaman yang menyebar dengan menjatuhkan biji identik di Greenland dan Skandinavia. Temuan itu memperkuat gagasan bahwa sebidang tanah kering yang luas pernah menghubungkan kedua wilayah tersebut.
Simak Video "Begini Nasib Bumi 300 Juta Tahun Lagi"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)